Selasa, 17 Mei 2011

Peran motivasi bagi pelajar dalam mencapai prestasi

 
Pendahuluan
Menjadi hal yang sangat penting bagi seseorang, apalagi mahasiswa agar dapat meraih sesuatu di usianya,di masa muda yang bergejolak dan mempunyai semangat menggebu-gebu untuk meraih tujuan yang diiinginkannya. Regulasi diri merupakan proses untuk mencapai tujuan yang kita inginkan. Proses-proses tersebut tentulah tidak lepas dari peran motivasi. Seseorang yang memiliki keinginan, pasti dilatarbelakangi oleh motivasi dibaliknya, sehingga secara langsung maupun tidak langsung, motivasi tersebut yang akan mendorong seseorang itu untuk terus berusaha.
Ada mahasiswa yang mampu dapat mencapai regulasi dirinya, mencapai apa yang diinginkannya, dapat meraih prestasi, namun ada juga yang tidak mencapai apa yang diinginkannya walaupun keinginan untuk meraih tersebut sangat besar. Apa yang membuat perbedaan tersebut? Padahal bisa dibilang tidak terlalu banyak perbedaan dalam segi kognitif pada tiap individu.
Bagaimana motivasi mempengaruhi seseorang tersebut dalam meraih prestasi? Dalam proses atau usaha seseorang meraih prestasi, terdapat motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Kita harus melihat motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik dapat dipengaruhi oleh pengalaman, proses kognitif dan faktor-faktor lainnya.

Landasan teori
1.       Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari luar (eksternal) diri seseorang. Jadi, seseorang itu melakukan sesuatu karena ingin mendapatkan sesuatu yang lain. Motivasi ekstrinsik ini juga biasanya dipengaruhi oleh imbalan atau penguatan dan hukuman. Contohnya, seseorang berlatih keras bermain biola, agar dia dipuji orang tua dan orang lain.
Sedangkan motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari internal atau diri orang itu. Jadi, seseorang itu melakukan sesuatu karena sesuatu itu sendiri yang mungkin didasarkan pada keingintahuan orang itu, kesenangannya dan lain-lain. Contohnya, seseorang berlatih keras bermain biola karena dia senang bermain biola tersebut.
2.       Teori Motivasi berprestasi McClelland
McClelland mengatakan motivasi berprestasi itu adalah motivasi seseorang untuk mencapai keberhasilan dengan melebih standar-standar umum.
Menurut McClelland ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berprestasi:
·         Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan
·         Latar belakang budaya tempat orang tersebut dibesarkan
·         Peniruan tingkah laku
·         Lingkungan tempat proses belajar berlangsung
·         Harapan orang tua terhadap anaknya

Alat dan bahan
·         Alat tulis
·         Komputer
·         Handphone
·         Kertas

Kalkulasi Biaya
·         Pulsa                           Rp10.000
·         Kertas                         Rp  3.000
·         Angkot                       Rp  6.000
                                                          +
Total                            Rp19.000

Penjelasan objek atau subjek
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini, mahasiswa yang mampu meraih prestasi pada saat dia sekolah. Subjek terdiri dari perempuan dan laki-laki. Selain itu subjek juga menunjukkan cara belajar di kelas pada saat perkuliahan dengan baik dan juga aktif. Kami menggunakan subjek sebanyak 13 orang.

Time Table Perencanaan 
Metode Penelitian
Mencari subjek yang berprestasi, kemudian melakukan wawancara terhadap subjek dan terakhir menganalisis data serta menarik kesimpulan dari hasil analisis data.

Time Table Pelaksanaan 
Evaluasi
Dari time table perencanaan yang telah kami buat, memang pada pelaksaannya sedikit tidak tepat waktu. Mulai dari membuat pendahuluan hingga akhirnya menganalisis data yang ada. Namun selanjutnya berjalan sesuai perencanaan. Keterlambatan ini dikarenakan banyak hal yang harus kami pertimbangkan bersama. Banyak pula hambatan-hambatan yang kami temui saat pelaksaan proyek ini sehingga akhirnya tidak sesuai dengan time time table perencanaannya. Pada awalnya kami sempat memperdebatkan jumlah sample yang akan digunakan untuk menggunakan 20 sampel, namun karena satu dan lain hal, sample yang kami gunakan hanya berjumlah 13. Sehingga perdebatan ini membuat kami sedikit menyimpang dari perencanaan. Namun pada akhirnya tugas mini proyek ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu seperti yang telah ditentukan. Bagi kami, bahwa kerja keras yang dilakukan kelompok sangat berperan penting dalam penyelesaian tugas ini.

Kesimpulan
Seseorang itu pasti memiliki keinginan untuk berprestasi. Dan motivasi untuk mencapai prestasi itu, pada tiap-tiap orang pasti juga berbeda. Selain itu, uusaha yang dilkukan juga menentukan perbedaan pada tiap individu tersebut dalam meraih prestasinya.
Pada sebagian mahasiswa, motivasi ekstrinsik saja yang lebih berperan dalam dirinya untuk mencapai prestasi dan ada sebagian kecil mahasiswa, motivasi intrinsik yang lebih berperan bagi dirinya dalam berusaha mencapai prestasi. Namun, sebagian besar mahasiswa itu, dipengaruhi oleh motivasi intrinsik dan ekstrinsik, baik motivasi intrinsik mempengaruhi timbulnya motivasi ekstrinsik maupun motivasi ekstrinsik yang mempengaruhi timbulnya motivasi intrinsik.
 

 

Testimoni

Nadya Putri Delwis (10-024)
Awalnya, membingungkan. Nggak tau mau ngerjain apa, mulai dari mana, karena ini baru pertama kalinya ngerjain tugas yang benar-benar meneliti, langsung ada subjeknya. Tapi, baru dapat “pencerahan” itu malah udah akhir-akhir deadline tugas, jadinya, kita baru gerak baru bulan april deh. Banyak hambatan juga yang ditemukan, tapi selalu berusaha untuk lakukan yang terbaik yang kita bisa aja. Pengalaman pertama ini juga banyak memberikan gambaran dan pelajaran untuk pedoman saya ke depannya. Selain itu, merasa terpacu juga untuk menjadi kreatif dan selalu berusaha mengatasi tantangan-tantangan yang ada dengan cara yang kreatif juga.

Melva Safira (10-036)
Menurut saya, tugas mini proyek ini pada awalnya membingungkan. Bingung mau pilih topik apa dan bagaimana cara mengerjaannya. Karena ini merupakan pengalaman perdana saya ditugaskan membuat tugas seperti ini. Cukup banyak halangan yang saya temui, karena dari mengumpulkan sample saja, kelompok kami membutuhkan orang-orang yang bener-bener berprestasi. Ini hal yang cukup sulit, karena kenalan saya yang berprestasi banyak yang kuliah di luarkota. Sehingga akhirnya sedikit menyusahkan. Membuat poster juga cukup sulit dimana kelompok saya tidak terlaku pandai dengan hal yang berhubungan dengan itu. Sehingga kami harus belajar lagi cara membuatnya. Pada keseluruhan, pengerjaan tugas mini proyek ini memang sulit namun cukup menantang. Dan banyak pula ilmu baru yang saya dapatkan.

Sonya Lirizky Akbar (10-048)
Pendapat saya mengenai tugas mini proyek ini merupakan satu pengalaman baru bagi saya ,dengan cara meneliti secara langsung para mahasiswa dan menemuinya di fakultas mereka masing masing.Hambatannya itu perbedaan waktu antara fakultas satu dengan yang lainnya .namun dengan perbedan itu Alhamdulillah tugas ini akhirnya selesai juga. Manfaat yang saya dapatkan dari tugas proyek ini adalah kita apat berinteraksi dengan orang yang sebelumnya kita nggak kenal ,dan juga pengetahua bagaimana cara mengerjakan tugas proyek ini .

Aprilia Windysyafitri (10-088)
Menurut saya, tugas mini proyek ini merupakan yang pertama kalinya buat saya. apalagi harus mengumpulkan beberapa sampel untuk dapat diteliti. awalnya sempat tidak mengerti dengan tugas ini, namun lama-kelamaan jadi mulai memahami. ada beberapa hambatan dalam pelaksanaan tugas ini. seperti, pengumpulan sample yang membutuhkan mahasiswa yang benar benar berprestasi dalam beberapa hal, terutama berprestasi dalam bidang pendidikannya. tugas ini juga jadi membuat saya yang awalnya tidak tahu, jadi tahu beberapa hal yang membuat teman-teman saya sukses dalam mencapai prestasinya, berbagai factor yang dapat membuat mereka berprestasi. Dalam pembuatan poster juga cukup sulit, karena belum pernah satu pun dari kami sebelumnya membuat poster. Namun, dengan berbagai hambatan yang d hadapi dalam pelaksanaannya, akhirnya tugas ini dapat terselesaikan sesuai dengan  waktu yang ditentukan.

Sumber:
Santrock, John W.2004. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana
King, Laura A.2010.Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif.Jakarta:Salemba Humanika
 

Selasa, 10 Mei 2011

Pedagogi dan Andragogi

Pedagogi
Pada pedagogi, murid ditempatkan sebagai obyek dari pendidikan. Maksudnya, murid harus menerima pendidikan yang sudah di atur oleh sistem pendidikan, materi-materi yang akan dipelajari juga ditetapkan oleh guru, metode panyampaiannya juga tergantung kepada pengajar dan tergantung kepada sistem pendidikan.
Guru mengasumsikan dirinya bahwa ia bertanggung jawab penuh terhadap apa yang akan diajarkan.Guru jugalah yang mengevaluasi hasil belajar.

Andragogi
Pada andragogi, murid ditempatkan sebagai subyek dari pendidikan. Bukan lagi sebagai obyek, tetapi sebagai subyek dari pendidikan.
Jadi, murid lah yang bertanggung jawab atas belajarnya sendiri bukan guru, guru hanya sebatas fasilitator. Begitu pula dengan evaluasi, siswa penting sekali diberikan peluang yang cukup besar untuk melakukan evaluasi diri.

Perbedaan anatara pedagogi dan andragogi
  1. Dalam pedagogi, siswa sangat tergantung pada guru. Sementara dalam andragogi, siswa adalah mandiri (dialah yang mengarahkan dirinya untuk belajar apa dan bagaimana).
  2. Dalam pedagogi, pengalaman guru yang lebih dominan. Sedangkan dalam andragogi, pelajar mengalami sesuatu secara leluasa.Satu sama lain saling berperan sebagai sumber belajar. 
  3. Dalam pedagogi materi ajar telah diurutkan secara sistematis dan logis sesuai dengan topik-topik pelajaran oleh guru.Sedangkan pada andragogi, pelajar harus memiliki keinginan untuk menguasai suatu pengetahuan/keterampilan tertentu, atau pemecahan masalah tertentu yauat dirinya sendiri merasa puas.
  4. Dalam pedagogi, motivasi datang secara eksternal, artinya disuruh atau dipaksa atau diwajibkan atau dituntut untuk mengikuti suatu pendidikan tertentu. edangkan dalam andragogi, motivasi lebih bersifat internal, datang dari diri sendiri sebagai wujud dari aktualisasi diri, penghargaan diri dan sebagainya.

Selasa, 26 April 2011

Psikologi Pendidikan dan Psikologi sekolah


Psikologi pendidikan adalah ilmu psikologi yang mempelajari tingkah laku individu dalam konteks pendidikan mencakup proses belajar dan mengajar. Psikologi pendidikan juga merupakan cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan.
Bidang terluas yang dicakup oleh reset pendidikan adalah psikologi belajar. Bapak psikologi pendidikan adalah Edward L. Thorndike dan Charles Hubbard Judd sebagai pionir pada permulaan abad ini. Psikologi pendidikan menjembatani celah antara pendidikan dan psikologi. Ahli psikologi pendidikan perlu terlibat dalam perencanaan kurikulum dan prosedur mengajar-belajar yang didasari ilmu mengenai belajar dan perlu penelitian-penelitian untuk menguji efektifitas prosedur di dalam situasi sekolah. Psikologi pendidikan adalah perkembangan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga teori yang digunakan sebagian besar adalah teori psikologi perkembangan dan psikologi  sosial.

Psikologi sekolah berperan diakibatkan oleh dirasakannya kebutuhan pelayanan psikologi di sekolah-sekolah. Pelayan psikologi di sekolah tidak berbeda dengan pelayanan professional di bidang-bidang lain, kecuali penekanannya adalah dapat tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Sebagian besar waktu psikolog sekolah tersita untuk melakukan diagnostic. Termasuk pelaksaan tes, melakukab wawancara siswa,guru dan orangtua yang terlibat dalam pendidikan siswa, onservasi siswa di kelas ,di tempat bermain, dan pada berbagai kegiatan sekolah yang lain, serta mempelajati data kumulatif prestasi belajar siswa-siswa.

Perbedaan mendasar antara psikologi pendidikan dan psikologi sekolah adalah kalau psikologi sekolah merapkan profesi psikologi nya di sekolah-sekolah, kalau psikologi pendidikan kebanyakan bekerja di fakultas-fakultas dalam lingkungan universitas atau institute keguruan, atau lembaga lembaga penelitian dan lembaga pendidikan dan latiahan (diklat).  Dan psikologi pendidikan itu banyak mengelola psikologi belajar atau pengukuran dan pengembangan tes prestasi. Sedangkan psikologi sekolah biasanya mengkhususkan pada matakuliah-matakuliah psikologi dasar seperti psikologi perkembangan atau sebagainya.

SUMBER:
Soertalinah, sukadji. Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. 2000. Suksessi: jakarta

Selasa, 12 April 2011

Mengenal Anak Gifted dan Berbagai Karakteristiknya


Anak gifted adalah mereka yang mempunyai skor IQ yang tinggi dan mempunyai prestasi sekolah baik. Namun kita sering keliru membedakan antara anak 'hiperaktif' dengan anak 'dinamis-berbakat' atau anak gifted.

Anak hiperaktif tidak suka duduk diam, suka berlari kesana-kemari tanpa tujuan dan banyak bertanya tetapi tidak berkonsentrasi pada jawaban. Sedangkan anak gifted suka banyak bertanya dan berkonsentrasi menunggu jawaban yang masuk akal.
Anak gifted tidak cuma pandai dalam satu-dua bidang tetapi rata-rata pada semua bidang. Mempunyai intelligence cuotient (IQ) minimal 130 dan creative cuotient (CQ) minimal 250.

Karakter Anak Berbakat

1.    Gemar mengamati
      Memperhatikan hal-hal detil yang oleh anak seusianya mungkin tidak terpikirkan. Termasuk isyarat non-verbal.
2.    Serba ingin tahu
      Selalu ingin tahu tentang apa saja; benda, situasi, atau kegiatan
3.    Menyerap informasi dengan cepat
      Bak busa yang menyerap informasi sebanyak mungkin dengan mudah dan cepat.
4.    Mempunyai ingatan bagus
      Meski menyerap informasi dalam jumlah banyak dan mudah mengingat bila ditanyakan.
5.    Mampu membaca lebih dini
      Biasanya sudah bisa membaca di bawah 5 tahun. Tapi ada juga yang meski telat belajar membaca, sekali belajar cepat bisa.
6.    Membaca dengan cepat
      Menikmati buku bacaannya dan mampu membaca lebih cepat tanpa kehilangan makna.
7.    Kaya perbendaharaan kata
      Mempunyai banyak perbendaharaan kata serta senang menggunakan kata-kata baru yang tak biasa digunakan.
8.    Mampu memfokuskan perhatian
      Dibanding anak seusianya, anak berbakat mampu fokus dalam jangka waktu lebih lama.
9.    Memiliki kemampuan memecahkan masalah
      Mampu memahami konsep yang abstrak dengan kemampuan berpikir lebih.
10.  Pola bertanya: “Bagaimana kalau…”
      Menunjukkan kemampuan untuk menciptakan teori.
11.  Memiliki imajinasi luas
      Mampu berimajinasi dan menyusun cerita yang bagus namun terkadang mencemaskan.
12.  Tertarik isu sosial
      Misalnya fenomena alam, kerusakan alam.
13.  Cenderung sensitif dan emosional
      Mudah marah walau penyebabnya sepele. Namun juga mudah tersentuh oleh keindahan matahari terbenam atau sebuah lagu. Kadang-kadang tidak mau makan daging karena kasihan pada binatang.
14.  Peduli terhadap kesetaraan dan keadilan
      Berpegang teguh soal benar dan salah, tak hanya untuk diri sendiri tapi juga bagi orang lain.
15.  Energik
      Waktu tidur lebih sedikit dibanding anak seusianya. (energi yang berlebihan kadang-kadang bisa ADHD)
16.  Mempunyai rasa humor yang tinggi
       Mampu membuat permainan kata-kata yang cerdas, membuat guyonan yang anak-anak sesusianya tak mengerti.
17.  Perfeksionis
       Tidak suka membuat kesalahan dan akan marah bila sesuatu tidak sempurna.

Orang tua sebaiknya lebih mengetahui apakah anaknya tergolong anak gifted atau biasa saja. Karena bagi anak gited perlu adanya penanganan tersendiri. Karena
Jika salanh penanganan, maka akan merugikan si anak serta orang tuanya. Anak gifted harus lebih di perhatikan, lebih dikembangakan bakat-bakatnya di luar pelajaran di sekolah, dan diberikan pengertian yang baik. Sehingga bakat si anak tidak terbuang sia-sia dan terasah dengan baik.

Santrock, John W. (2004). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana
http://www.anakku.info/2007/03/16/contentmengenali-anak-berbakat/ 
http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1982133-mengenal-mendidik-anak-berbakat/

Kamis, 07 April 2011

Fenomena pendidikan dan pembahasannya

Nadya Putri Delwis 10-024
Sonya Lirizky Akbar 10-048
Aprilia Windy S. 10-088


Pembahasan tentang jurnal INTERAKSI SOSIAL ANTARA GURU DENGAN MURID DALAM KEGIATAN KURIKULER DAN KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR
Dalam jurnal ini, dapat kta baca, bahwa kegiatan kurikuler merupakan kegiatan ekstra di luar jam pelajaran di sekolah dengan tujuan lebih memahami dan menghayati pelajaran intrasekolah. Walaupun kegiatan kurikuler ini berlangsung di luar jam pelajaran di sekolah, namun, biasanya kegiatan-kegiatan tersebut tidak lepas dari pengawasan para gurunya. Guru-guru itu ditunjuk sebagai pembimbing bagi tiap-tiap kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Karena itulah, interaksi murid dan guru dapat menjadi lebih baik bila murid mengikuti kegiatan ektrakurikuler ini. Ekstrakurikuler merupakan pendidikan formal yang berlangsung secara non-formal, maka kegiatan kurikuler ini membuat para murid untuk lebih “santai” dan berani dalam mengekspresikan pendapatnya pada guru, sehingga dengan ini dapat meningkatkan interaksi yang lebih baik antara murid dan gurunya.

Teori psikologi pendidikan
Dikatakan dalam buku Santrock, salah satu ciri-ciri guru yang efektif adalah keahlian dalam berkomunikasi. Seorang guru perlu memiliki keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, dan memahami komunikasi nonverbal dari murid. Hal ini sangat penting karena komunikasi yang baik antara guru dengan murid dapat meningkatkan secara tidak langsung prestasi murid dalam belajar.
Maka, salah satu cara untuk meningkatkan komunikasi yang baik antara murid dan guru, adalah dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan yang diadakan di luar jam pelajaran sekolah ini, yang berarti hal ini menjadi pendidikan non formal, sehingga para murid juga dapat lebih senang dan santai berinteraksi dengan gurunya. Interaksi yang terjalin dengan baik ini akan membuat murid untuk lebih menyenangi pelajaran yang diajarkan di dalam kelas, atau pendidikan formal yang diajarkan oleh guru. Tentu saja, ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Selain itu kegiatan kurikuler juga dapat membantu para murid untuk mengembangkan potensi yang dia miliki, yang tidak dapat disalurkan pada saat jam sekolah. Untuk kelanjutan masa depan dari siswa, bukan hanya ilmu pengetahuan saja yang diperlukan, namun juga hal-hal lain seperti kerjasama, tanggung jawab, memahami perasaan dan menerima pendapat orang lain dengan ikhlas serta banyak lagi hal-hal positif lainnya yang berguna bagi murid untuk masa depannya nanti.

Teori pendidikan keluarga
Keluarga merupakan aspek yang paling berpengaruh terhadap prestasi siswa. Keluarga bertugas untuk mendidik di luar sekolah atau pendidikan formal. Kegiatan kurikuler, seperti yang sama kita tahu, dilakukan di luar jam sekolah, maka peran keluarga disini untuk mengarahkan kegiatan mana yang baik untuk mengembangkan kemampuan yang dipunya oleh si anak, kemudian mengawasinya, serta memberikan dukungan yang sepenuhnya apabila kegiatan tersebut memamng dapat membantu meningkatkan kemampuan si anak. Disinilah terdapat peran keluarga untuk membantu peningkatan prestasi belajar anak.

Teori bimbingan sekolah
Sekolah tentu saja memiliki kewajiban untuk membimbing para muridnya, baik dengan cara yang formal maupun secara non formal. Kegiatan kurikuler merupakan suatu bentuk dari bimbingan sekolah juga kepada murid-muridnya secara non formal. walaupun kegiatan kurikuler diadakan di luar jam sekolah, namun pengawasan dan bimbingan dari sekolah masih tetap ada. Sekolah berkewajiban untuk mengawasi kegiatan kurikuler demi ketetapan tujuan awal, yaitu untuk membimbing, mengembangkan serta melatih kemampuan yang dimiliki oleh para murid.

Fenomena UN di Indonesia
Dari yang telah didiskusikan,  sistem UN di Indonesia ini memang sudah bobrok, tidak sejalan lagi dengan tujuan utamanya. malah makin kesini, manfaat UN itu sudah hampir tidak di rasakan oleh siswa nya itu sendiri. Banyak yang menggangap enteng UN dikarenakan sudah mendapatkan jawaban. Ini membuat siswa itu sendiri menjadi malas untuk belajar.  Saat mengahadapi masalah seperti ini, sebenarnya banyak pihak yang seharusnya saling bekerja sama untuk mengatasi permasalahan ini. Seperti pada teori pendidikan, mungkin dari guru nya juga harus memberikan pengertian yang baik tentang apa sebenarnya UN itu dan apa manfaat manfaat yang nyata untuk diri siswa  jika dilakukan. Lalu pada kementerian yang mengurus tentang pendidikan di Indonesia, saya rasa harus adanya evaluasi yang lebih lanjut tentang pelaksaan UN ini. Jangan sekedar menaikkan standar kelulusan tapi tidak memperhatikan apakah setiap siswa memperoleh  materi pembelajaran dengan baik atau tidak. Karena tidak bisa begitu saja disamakan dengan sekolah yang mungkin siswa nya mendaptkan materi dengan cepat dan baik dibandingkan dengan sekolah yg seperti di perdesaan yang dimana mungkin mereka cukup kesusahan untuk menyamakan standar pembelajaran dengan sekolah di perkotaan. Ini sangat perlu untuk di evaluasi lebih lanjut. Mungkin dengan cara menurunkan standar nilai kelulusan dapat membuat siswa itu tersendiri menjauhi cara curang. seperti membeli kunci jawaban. Karena alasan satu-satunya mereka membeli kunci jawaban itu kan karena mereka takut dengan satndar nilai kelulusan yang tinggi. Yang membuat mereka takut untuk tidak lulus. Jadi kami pikir, masih perlu evaluasi yang lebih baik lagi terhadap penerapan UN di Indonesia ini.
Kalau tadi dari segi teori pendidikan, sekarang bisa di kaitkan dengan teori pendidikan keluarga. Dimana sebenarnya keluarga memilki peran yang cukup penting disini. Keluarga diharapkan mampu memotivasi anak yang akan mengikuti ujian untuk selalu belajar, mengawasi mereka setiap belajar dan “mewanti wanti” mereka agar tidak membeli kunci jawaban. Karena dengan adanya dukungan dari keluarga dapat dipercaya mampu mendorong niat belajar anak. Dan selalu memotivasi mereka dengan mengatakan bahwa mereka mampu dan jangan gampang putus asa. Keluarga adalah orang yang bisa dikatakan paling di percaya oleh anak, jadi dengan memberikan terus dukungan dengan memotivasinya, kepercayadirian anak akan muncul dan dengan sendirinya mereka mau belajar dan mengandalkan diri mereka sendiri bukan mengandalkan kunci jawaban saat mereka menjalani UN tersebut.
kalau dalam teori bimbingan sekolah, mungkin lebih ke bagaimana sekolah mengusahakan anak mendapatkan materi pembelajaran yang baik, sehingga mereka siap dan mampu saat mengerjakan soal UN tersebut. Sekolah juga harus bisa selalu membimbing  siswa-siswa untuk selalu berusaha belajar sebaik-baiknya. Dan juga selalu memberikanmotivasi kepada siswa-siswanya. Salah satu hal yang bisa di lakukan sekolah yaitu membuat  semacam pelajaran tambahan di usai sekolah denganmateri materi yang akan di UN kan saja. Sehingga mereka lebih fokus belajarnya. Dan jangan lupa untuk selalu membina siswa-siswa untuk melakukan kejujuran nantinya, bukan malah kecurangan. Jangan bantu siswa untuk berbuat curang, tapi bantu siswa nya untuk belajar agar mereka semua sukses menjalani Un tersebut.

Pembahasan jurnal Mengenal homeschooling sebagai pendidikan alternatif


Homeschooling secara harfiah berarti sekolah rumah. Ini merupakan suatu upaya menciptakan terobosan baru di dunia pendidikan. Namun, sebenarnya, homeschooling sudah ada sejak zaman waktu penjajahan tapi namanya saja yang berbeda, waktu itu bukan disebut homeschooling namun disebut belajar otodidak. Dan sekarang homeschooling kembali marak di Indonesia sebagai bentuk yang baru dalam dunia pendidikan. Homeschooling adalah pendidikan formal, jadi pemerintah tidak ikut campur di dalamnya, hanya saja menetapkan standar nilai supaya dapat disetarakan dengan pendidikan formal apabila ingin melanjutan sekolahnya nanti.
Teori Psikologi Pendidikan
Self-esteem atau penghargaan diri merupakan pandangan keseluruhan seorang individu terhadap dirinya sendiri. Seorang anak tentu memiliki self-esteem ini, namun ada anak yang self-esteem nya tinggi dan ada yang rendah. Carl Rogers mengatakan bahwa kemungkinan sebab utama anak mempunyai self-esteem yang rendah karena mereka tidak diberikan dukungan emosional dan penerimaan sosial yang memadai.
Anak yang melalui pendidikan homeschooling jarang untuk bergaul dengan teman sebayanya. Dari penjelasan di atas, anak yang self-esteem nya rendah diri karena kurangnya dukungan emosional, hal ini mungkin memang terpenuhi dari keluarga dari si anak. Namun, dalam hal penerimaan sosial yang memadai, mungkin agak kurang. Sosialisasi merupakan hal yang penting untuk membuat si anak mempunyai self-esteem yang tinggi. Karena penilaian dari orang lain apalagi teman sebaya tentang diri anak itu untuk melihat bagaimana kita di mata orang lain, sehingga hal tersebut juga dapat membantu si anak bagaimana si anak memandang dirinya sendiri.
Teori pendidikan keluarga
Keluarga mempunyai kewajiban dalam mengawasi perkembangan  dan menyemangati anak untuk dapat mengembangkan kemampuan yang berdampak positif bagi anak. Anak yang mendapatkan pendidikan homeschooling ini, pastinya hanya sering beraktifitas dalam kesehariannya itu di dalam rumah saja. Jarang mempunyai waktu untuk bergaul di luar rumah bersama teman-teman sebayanya. Keluarga lah yang berperan penting dalam mengatasi masalah ini, karena anggota keluarga lah yang sering si anak jumpai. Orang tua punya kewajiban untuk memberikan kesempatan untuk bergaul atau mengadakan kesempatan tersebut untuk si anak. Mereka harus mampu membuat si anak tidak terhambat dalam hal sosialisasinya, karena sosialisasi merupakan hal yang penting untuk masa depan anak itu sendiri.
Teori bimbingan sekolah
Emotional intelligence tidak kalah penting dari IQ seseorang. Menurut Daniel Golman, Emotional Intelligence terdiri dari empat area:
  • ·         Developing emotional awareness seperti kemampuan untuk memisahkan perasaan dari tindakan
  • ·         Managing emotions seperti mampu untuk mengendalikan amarah
  • ·         Reading emotions seperti memahami perspektif orang lain
  • ·         Handling relationship seperti kemampuan untuk memecahkan problem hubungan
Tentu seorang anak harus dapat mempunyai hal-hal di atas dengan baik. Oleh karena itu, dalam kegiatan homeschooling hal tersebut memang dapat dipupuk dari awal, tergantung bagaimana bimbingan yang dia dapat dari gurunya.


Sumber:
http://diyahys-mutiaraumat.blogspot.com/2011/01/jurnal-mengenal-homeschooling-sebagai.html
http://lppm.ut.ac.id/jp/12sudjarwo.htm
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/salam/article/viewFile/456/463