Sabtu, 27 Oktober 2012

TUGAS MID SEMESTER

Anggota:
Melva Safira (10-036)
Perspektif Kognitif : Pemrosesan Informasi
            Informasi yang tersimpan dari strategi pemrosesan informasi dari sistem kognitif kita berinteraksi dengan informasi indrawi yang diterima dari lingkungan, memperhatikan secara selektif atas informasi yang masuk, mengaitkannya dengan memori, dan secara aktif memberikan makna untuk informasi tersebut (Wittrock, 1990).
Asumsi dasar dari pemrosesan informasi adalah; memori manusia aktif terlibat dalam konstruksi pengetahuan, dan pengetahuan sebelumnya yang dimiliki pembelajar berperan penting dalam belajar. Memori manusia adalah sistem kompleks yang aktif mencari data indrawi, mengubah data menjadi informasi bermakna, dan menyimpan informasi itu dalam jangka panjang.
            Seperti yang sudah kita ketahui bahwa pemrosesan informasi dalam otak kita sangatlah tidak sederhana, melainkan beberapa proses yang dilewati tanpa kita sadari. Oleh karena itu kami menyarankan satu metode yang bisa diterapkan agar membantu mahasiswa dalam memudahkan mengingat mata kuliah serta materi yang dipelajari, mengingat psikologi menggunakan banyak text book disetiap mata kuliah.  
Strategi : Teknik mnemonic
           Metode ini digunakan untuk asosiasi arbitrer pada berbagai pelajaran yang berbeda-beda yang harus dipelajari. Metode ini berguna untuk menyampaikan makna dan struktur ketika istilah diorganisasikan secara  hierarki. Jadi metode ini berguna untuk memudahkan kita sebagai mahasiswa dalam mengingat materi dalam belajar, dan membantu menemukan info-info penting yang kita perlukan ketika sedang mencari sumber informasi baru.
            Ini merupakan salah satu metode pengajaran yang kami tawarkan untuk diterapkan dikelas. Mahasiswa akan diminta untuk membuat sebuah kartu yang terbuat dari karton atau kertas HVS berukuran 10x15 dimana akan dituliskan beberapa kode dan konsep dari masing-masing mata kuliah yang akan di pelajari. Di kartu itu juga akan dituliskan referensi buku dari materi tersebut. Penulisan materi di kartu tersebut bisa dalam bentuk teks atau singkatan-singkatan dari apa yang dihapalkan ketika sedang belajar.  

Berikut adalah tujuan dari metode pengajaran ini:

  • ·      Memudahkan mahasiswa dalam mengingat pelajaran dengan bantuan menulis di kertas tersebut
  •     Memudahkan mahasiswa dalam mencari informasi mengenai suatu materi melalui sumber-sumber buku yang sudah dituliskan dalam kertas tersebut 
  •          Membantu mahasiswa dalam menghapal konsep dari setiap mata kuliah
  •    Membantu mahasiswa ketika sedang menjalankan skripsi, dimana kertas ini bisa membantu dalam menemukan info mengenai referensi buku yang diperlukan.
  •     Bisa juga membantu mempermudah ketika akan menjalani ujian semester, misalnya digunakan sebagai bacaan agar lebih mudah menghapal. 
  •    Serta membiasakan mahasiswa untuk selalu membuat konsep mengenai materi-materi yang akan dipelajari
Metode ini sangat cocok digunakan disetiap mata kuliah, dan bisa digunakan ditingkatan mana saja. Bahkan teknik ini sangat efektif bila diterapkan mulai dari anak SMP untuk membiasakan mereka membaca buku sebelum pelajaran dimulai dan membiasakan mereka dalam membuat konsep-konsep mengenai materi yang akan dipelajari. 



Berikut adalah Isi dari kartu:
  •          Menyimpulkan dengan kata-kata sendiri mengenai suatu konsep atau definisi 
  •    Membuat judul buku referensi dari kesimpulan yang telah kita buat serta tanggal kapan siswa membacanya 
  •      Mengaitkan materi dengan pengetahuan sebelumnya 
  •      Mengajari menemukan info penting dalam teks 
  •           Membuat singkatan-singkatan dari hapalan
Alat yang dipakai:
  •          Kartu yang terbuat dari kertas karton yang kemudian dipotong-potong menjadi berukuran 10x15 cm 
  •      Dan di sebelah kanan atas di lubangi agar bisa di kaitkan dengan kertas lainnya
  •      Tiap siswa diberikan 3 lembar kertas yang telah dipotong  

Selasa, 23 Oktober 2012

Review Jurnal


Judul Jurnal: Prinsip-Prinsip Kognitif Pembelajaran Multimedia: Peran Modality dan Contiguity Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Oleh: Fatimah Saguni
 (Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Palu)
Buka jurnal klik disini.

Jurnal ini membahas bagaimana teknologi informasi dapat digunakan sebagai salah satu bagian dari teknologi pendidikan yang mendukung proses pembelajaran. Multimedia memberikan kesempatan untuk belajar tidak hanya dari satu sumber belajar seperti guru, tetapi memberikan kesempatan kepada subjek mengembangkan kognitif dengan lebih baik, kreatif dan inovatif. Hal ini salah satunya karena informasi disajikan dalam dua atau lebih bentuk seperti dalam bentuk gambar dan kata-kata sehingga subjek dapat memadukan berbagai informasi dari tampilan lisan dan tulisan. Jadi subjek dapat memadukan informasi verbal yang disajikan secara visual dan informasi verbal yang disajikan secara audio. Lalu proses belajar dengan multimedia ini juga dikaitkan dengan memori. Karena masalah belajar itu sendiri tidak terlepas dari masalah memori. Memori dan konsep belajar saling berkaitan erat karena menghasilkan keluaran yang berupa hasil belajar. Hasil belajar tersimpan dan dipelihara dalam memori agar kelak dapat digunakan kembali. (Hulse, dkk., 1975). Ellis (1978) mengemukakan bahwa memori mengacu pada penyimpanan informasi, mengakses informasi yang pernah diterima. Pada dasarnya memori mencakup proses encoding (penyandian), storage (penyimpanan), dan retrieval (memanggil kembali) (Ellis, 1978). Jadi memori berkaitan dengan penerimaan informasi, penyimpanan informasi, sampai pemanggilan kembali informasi yang disimpan. Atkinson dan Shiffri membagi memori menjadi 3 tempat penyimpanan, yaitu sensory memory (memori sensori), short term memory (memori jangka pendek), dan long term memory (memori jangka panjang). Ketiga macam memori tersebut saling berkaitan erat, informasi tertentu diteruskan  kedalam memori jangka pendek (STM) dan sebagian informasi akan hilang, hingga akhirnya melalui seleksi informasi diteruskan kedalam memori jangka panjang dan yang tidak diteruskan akan dilupakan (Irwanto, dkk., 1994).

Kapasitas untuk mengingat stimulus yang masuk secara visual, seperti gambar-gambar dan semacamnya, dengan kejelasan yang luar biasa dikenal sebagai photographic memory atau eidetic imagery. Baik dalam ingatan audio maupun visual, rangsangan-rangsangan yang masuk diproses secara asimetri di otak.
Kelupaan yang terjadi di STM berhubungan erat dengan faktor storage dan retrieval. Teori decay mengungkapkan bahwa informasi akan hilang apabila informasi tersebut tidak pernah digunakan. Informasi yang disimpan dalam memori jangka panjang bersifat permanen, tetapi bukan berarti bahwa kelupaan tidak pernah terjadi. Kegagalan untuk mengingat informasi yang disimpan memungkinkan untuk terjadi karena tidak adanya petunjuk yang tepat atau efektif. Kelupaan dapat pula diminimalkan dengan cara menggunakan mnemonic, yaitu strategi mengorganisasikan informasi secara visual atau verbal (Solso, 1998). Retensi atau bertahannya materi yang dipelajari sehingga tidak mudah dilupakan dapat pula dilakukan dengan pengulangan materi yang dipelajari berulang kali, penggunaan tabel, diagram, dan gambar-gambar dapat pula membantu agar materi tidak cepat terlupakan (Solso, 1998).
Para ahli kognitif telah banyak mengkaji peranan kemampuan pemrosesan informasi sederhana yang menjadi perantara atau variabel perbedaan individual dalam proses kognisi yang kompleks seperti pemahaman, penalaran dan pencapaian prestasi akademik. Proses belajar akademik pada dasarnya berlangsung pada sebagian besar aspek kognitif manusia. Working memory memiliki sistem tersendiri untuk mengolah informasi visual dan informasi audio. Teori kognitif tentang working memory menyatakan bahwa berdasarkan prinsip modality, terutama dalam proses belajar dengan menggunakan multimedia, kata-kata yang digunakan perlu disajikan dalam bentuk narasi audio bukan secara visual berupa teks pada layar. Alasannya, dalam proses memori jangka pendek, presentasi bersifat audio lebih mudah diingat daripada presentasi visual.  Dikatakan pula dalam jurnal ini, informasi yang diberikan dalam bentuk kata-kata akan diterima dalam bentuk verbal, sedangkan informasi yang diterima dalam bentuk gambar akan diterima atau disimpan dalam bentuk visual. Berdasarkan teori Paivio (1991, dalam Solso, 1998) tersebut penerima informasi akan mendapatkan gambaran yang lebih baik jika kedua bentuk informasi (verbal dan visual) diterima, karena dengan demikian penerima informasi akan dapat mempertemukan informasi yang sama dalam bentuk yang berbeda dalam memori.  Ada 3 proses yang berlangsung saat seseorang menerima 2 bentuk informasi dalam waktu yang sama, yaitu: 1) membuat gambaran verbal serta kesesuaian dengan informasi verbal yang diterima; 2) membuat gambaran visual serta kesesuaian dengan informasi visual yang
diterima; dan 3) membuat kesesuaian hubungan antara gambaran visual dengan gambaran verbal yang sudah diterima. Jadi dalam jurnal ini sebenarnya intinya adalah dengan menggunakan multimedia (visual) dapat membantu anak dalam proses belajarnya. Karena dengan menerapkan kedua model (visual dan verbal) dalam proses belajar dapat meningkatkan kapasitas kognitif yang efektif pada anak. Sehingga dapat mempermudah anak dalam proses belajarnya dan dapat meningkatkan prestasi anak.

Rabu, 10 Oktober 2012

Review Hasil Perkuliahan Berdasarkan Teori Skinner


Hari ini Bu Dina mengetes teori Skinner itu sendiri dengan para mahasiswanya. Pertama-tama Bu Dina memberikan kami 3 jenis kertas yang jenisnya berbeda-beda. Yang pertama kertas dengan bentuk segi panjang dan sedikit keras, yang kedua kertas persegi yang merupakan sebuah sertifikat dan yang terakhir sebuah kertas HVS kosong. Pertama tama Bu Dina memberikan instruksi kepada kami untuk melakukan apa saja yang kami mau dengan kertas-kertas yang ada untuk diciptakan menjadi produk dan mengembangkan kreativitas kami. Instruksi Bu Dina merupakan stimulus diskrimintatif karena termasuk kepada perintah verbal. Lalu ketiga kertas tadi merupakan stimulus yang diharapkan dapat menguatkan respon kami untuk melakukan sesuatu dengan kertas-kertas tersebut. Saat melakukan instruksi, Bu Dina juga sempat mengatakan akan memilih beberapa yang terbaik nantinya. Hal ini sudah termasuk ke penguatan positif, dimana diharapkan akan menguatkan respon/perilaku yang positif pula atau respon yang sebenarnya diinginkan. Dari stimulus yang diberikan itu, kami masing-masing mahasiswa mengembangkan pikiran kami sendiri, mengembangkan kreativitas kami dan akhirnya mengubah itu semua menjadi perilaku. Dalam hal ini perilakunya adalah segera membuat produk dari hasil pemikiran kami. Ini juga sesuai dengan teori Skinner yang mengatakan bahwa belajar bukanlah melakukan tapi belajar adalah mengubah apa yang kita lakukan. Lalu setelah mengubah apa yang kita lakukan menjadi sebuah produk, dipilihlah produk-produk yang dianggap terbaik, seperti yang sudah dikatakan oleh Bu Dina di awal tadi. Dan mereka yang terpilih diberikan reward sebagai penghargaan. Ini juga kuat kaitannya dengan teori Skinner yang mengatakan reward bisa diberikan sebagai penguatan untuk menampilakn perilaku yang diinginkan.

Berikut merupakan hasil dari kreativitas saya terhadap stimulus (kertas) yang diberikan:

---> ini hasil kreativitas saya dari sebuah stimulus kertas persegi yang akhirnya saya bentuk menjadi sebuah dompet kecil.








---> ini merupakan hasil kreativitas saya dari sebuah stimulus HVS kosong yang akhirnya saya bentuk menjadi seekor burung dan diberikan gagang pada bawahnya agar bisa lebih mudah untuk di main-mainkan. 

---> ini merupakan hasil produk saya dari bahan kertas persegi panjang yang akhirnya hanya saya buat menjadi kartu ucapan selamat ulang tahun. Sederhana, tapi tetap bisa dipergunakan :)













Dari kesimpulan semuanya, kelas hari ini telah menerapkan beberapa teori dari Skinner, di antaranya mengenai stimulus diskriminatif, penguatan positif dan reward :)


Selasa, 09 Oktober 2012

Analisa Pengalaman Pribadi Berdasarkan Teori Skinner


Review singkat teori Skinner:
Pada teori belajar Skinner, ia mengenalkan teori penguatan klasik. Dimana Skinner percaya bahwa belajar bukan melakukan, tapi mengubah apa yang kita lakukan. Dari teori Skinner ini diketahui bahwa belajar bisa dilakukan oleh hasil dari penguatan yang ada. Penguatan itu sendiri ada dua. Penguatan positif dan negatif. Penguatan positif merupakan penguatan yang diberikan untuk menguatkan suatu perilaku yang diharapkan. Contoh dari penguatan positif seperti reward, pujian, senyuman dan lain lain. Sedangkan penguatan negatif adalah penarikan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi/menghilangkan perilaku yang tidak di harapkan. Contohnya seperti penundaan, penolakan, gelengan, dan lain-lain. Selain dari penguatan, teori skinner juga mengenalkan teknik kontrol yang paling umum, yaitu hukuman. Namun hukuman tidak menghasilkan perilaku positif. Karena hukuman yang diberikan bisa saja menimbulkan reaksi emosional yang tidak di harapkan seperti frustasi, marah atau rasa bersalah. Hukuman juga hanya menekan perilaku hanya untuk sementara.

Pengalaman:
  • Dulu saya tidak peduli berat badan saya. Semua makanan yang saya inginkan langsung di makan begitu saja. Sampai akhirnya tubuh saya sudah menjadi gemuk sekali. Akhirnya saya memutuskan untuk mencoba melakukan diet. Walau susah, namun dengan dukungan dan motivasi dari teman dan keluarga, akhirnya berat badan saya menurun sangat drastis. Dari yang yang mencapai 58kg menjadi 50kg. Karena perubahan yang mencolok ini orang-orang jadi memuji saya. Sehingga ada rasa bangga tersendiri di dalam hati. Sehingga sampai sekarang saya jadi lebih menjaga berat badan saya dan menjaga makanan yang saya konsumsi.

  • Dulu saat siswa lainnya sedang sibuk-sibuknya belajar untuk dapat memasuki perguruan tinggi negeri, saya malah bersantai-santai dan tidak terlalu memikirkan soal itu. Saya sangat malas untuk belajar karena dulu saya berpikir untuk memasuki perguruan tinggi negeri melalui jalur UMB/SNMPTN adalah hal yang mustahil saya capai. Melihat saya yang malah santai-santai saja, orang tua saya mengambil tindakan. Mereka akhirnya memarahi saya serta menyita handphone dan laptop saya. Mereka juga melarang saya untuk pergi dengan teman-teman saya sampai hari ujian tes masuk tersebut selesai. Agar saya bisa mendapatkan barang-barang saya kembali dan tidak ingin di marahi lebih lanjut, saya mulai belajar sungguh-sungguh.Saya tidak malas lagi. Setiap pulang les sekalipun, saya mengulang pelajaran lagi di rumah. Begitu seterusnya sampai akhirnya saat ujian UMB, saya merasa bisa mengerjakan soalnya dan berhasil lulus.

Analisa:
Dari pengalaman yang pertama terlihat jelas bahwa saya belajar dari hasil penguatan positif yang saya dapatkan, yaitu pujian dari orang-orang yang memuji perubahan saya. Penguatan positif yang saya dapatkan ini yang akhirnya menguatkan perilaku saya selanjutnya, yaitu menguatkan perilaku saya untuk terus menjaga makanan dan berat badan saya sampai sekarang.
Dari pengalaman kedua, saya mendapatkan penguatan negatif dari orang tua saya berupa penarikan barang-barang elektronik saya serta dimarahi sekaligus. Dengan penguatan negatif ini,  saya jadi menghilangkan perilaku malas dan santai saya dan merubahnya menjadi perilaku yang diharapkan orang tua saya. Dalam kata lain, penguatan negatif yang diberikan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan dan menggantikannya dengan perilaku baru yang positif.

Senin, 08 Oktober 2012

Analisa Film "Kinky Boots"

Nadya Putri Delwis (10-024)
Melva Safira (10-036)
Qurratu Aini Risa (10-067)
Aprilia Windy S (10-088)


Film Kinky Boots ini menceritakan mengenai suatu pabrik sepatu yang sudah ada dari generasi ke generasi tiba-tiba harus dihadapi dengan kebangkrutan yang sudah di depan mata ketika pemiliki pabrik tersebut meninggal dunia. Pemilik pabrik ini memiliki seorang anak bernama Charlie yang tidak begitu memiliki keinginan untuk meneruskan usaha pabrik sepatu ayahnya tersebut, pada awalnya. Dikarenakan pabrik tersebut terus mengalami kemunduran, Charlie terpaksa memecat 15 karyawannya. Pengalaman tersebut sangatlah membuat dia menjadi merasa tidak enak dan tidak nyaman. Namun saat proses pemecatan, ada seorang karyawan perempuan berkata untuk mencari pasaran tertentu dan mengubah sepatu yang mereka produksi selama ini. Charlie waktu itu tidak terlalu mengindahkannya. Namun suatu kejadian membawa dia ke dunia waria yang glamour. Dia bertemu dengan Lola, sang ratu banci. Tentu saja Lola memakai gaun, make up dan pastinya stiletto yang biasa dipakai wanita. Charlie kemudian mendapatkan inspirasi untuk membuat sepatu untuk para waria, karena sepatu untuk wanita tentu saja tidak cocok untuk menopang berat badan pria, sehingga cepat rusak. 
Pada akhirnya dia bekerja sama dengan Lola dan karyawan lainnya untuk membuat sepatu khusus waria yang bisa menopang berat badan seorang pria dengan menggunakan bahan besi sebagai hak dari sepatu yang mereka buat. Namun tetap di desain menjadi hak yang tipis dan tinggi. Berbagai tantangan dan proses yang melelahkan fisik dan mental terjadi untuk menghasilkan sepatu yang sesuai. Semua yang dilakukan oleh Charlie ini karena dia ingin menyelamatkan pabrik sepatu tersebut dan khususnya karena dia tidak menyukai untuk memecat karyawan. Sehingga dia rela untuk bekerja keras agar bisa menyelamatkan pabrik tersebut.

Analisis:
Charlie pada awalnya tidak bisa melihat pemecahan masalah atau solusi yang harus dia kerjakan untuk dapat menyelematkan pabrik sepatu keluarganya. Hingga satu karyawan yang berkata pedas mengatakan bahwa pabrik tersebut hendaknya memproduksi sepatu untuk pasaran tertentu. Dan tanpa sengaja bertemu Lola sang waria. Dan memutuskan untuk membuat sepatu untuk kaum mereka.
Di dalam teori Gestalt terdapat asumsi dasar perspektif Gestalt yang mengatakan bahwa "Individu memahami aspek dari lingkungan sebagai organisasi stimuli dan merespon berdasarkan persepsi”. Jadi menurut teori Gestalt, belajar berkaitan dengan persepsi kita terhadap sesuatu. Ketika Charlie melihat Lola kesulitan memakai sepatunya(stimuli), Charlie berpersepsi bahwa sepatu yang dipakai oleh Lola tidak cocok untuk kaki laki-laki seperti Lola. Dan tidak kuat  untuk menahan berat badan Lola karena sepatu yang dipakainya memang dirancang untuk wanita, bukan pria yang berbobot besar dan berotot seperti Lola. 

Kemudian sesuai dengan teori stimulus respon yang dikemukakan Thorndike, suatu stimulus, respon dan situasi bisa saling kuat koneksinya jika berada pada saat yang tepat. Ketika Charlie melihat masalah pada sepatu yang dipakai Lola, dia kemudian mendapatkan inspirasi untuk membuat sepatu yang cocok digunakan Lola dan kaum waria lainnya, itulah respon yang dia berikan dan semakin diperkuat oleh situasi pabrik ayahnya yang mengalami kebangkrutan, maka semakin kuatlah respon yang ditimbulkannya tersebut.