Senin, 30 April 2012

Micro Teaching

kelompok 5
anggota: 
Muhammad Fadly (10-006) 
Reza Yoga (10-027)
Melva Safira (10-036)
Karin Ambarita (10-037)
Deepraj Kaur (10-051)
Raja Maspin (10-062)
Yulian Astri (10-071)

MICRO TEACHING

“Go To School”


PENDAHULUAN

1.       Latar Belakang
Pedagogi secara singkat sering diartikan sebagai seni mengajar pada anak. Ilmu Pedagogi itu sendiri dapat digunakan sebagai sarana untuk berinteraksi dan mendekatkan diri kepada anak-anak sehingga proses belajar-mengajar semakin efektif. Salah satu konsep dalam Pedagogi adalah Micro Teaching. Apa itu sebenarnya Micro Teaching???
Micro Teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil, terbatas, sempit dan teaching berarti mengajar. Jadi, Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara menyederhanakan atau segalanya dikecilkan. Diharapkan, dengan memperkecil ruang proses mengajar, maka metode ini dapat member penilaian mengenai efektifitas proses belajar mengajar, termasuk juga guru. Secara umum, konsep Micro Teaching dapat digunakan untuk menilai kelemahan dan kelebihan suatu metode, sehingga dapat memperbaiki kesalahan, serta dapat menciptakan metode pendekatan baru terhadap anak.
`Ditinjau dari kehidupan sekarang ini, banyak orang menganggap bahwa proses belajar tersebut hanya proses pentransferan ilmu, dimana asalkan ilmu sudah disampaikan maka kwajiban guru sudah selesai. Selain itu istilah Seni Mengajar sudah diabaikan sekarang ini. Para pendidik merasa tidak perlu seni dalam proses pengajaran. Tapi pada kenyataan itu adalah factor critical yang akan menjadi penentu kualitas proses mengajar. Seni tersebut sudah termasuk ke dalam pembentukan karakter yang ideal. Fenomena tersebut merupakan sesuatu hal yang salah, karena mendidik tersebut seharusnya juga memperhatikan pembentukan karakteristik peserta didik. Jadi, guru sebenarnya selain mentransfer ilmu juga menjadi fasilitator serta perangsang anak unutk tumbuh membentuk kepribadian yang baik. Tapi sebenarnya fakta berkata lain, karena guru tidak peduli terhadap perkembangan kepribadian anak, melainkan hanya focus pada ilmu. Hal tersebut menjadi salah satu factor yang menyebabkan banyak anak yang pintar tetapi memiliki karakter yang tidak bagus.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kelompok ingin melakukan Micro Teaching di sebuah TK yaitu TK Kartika Jaya untuk melihat apakah konsep Pedagogi sebagai seni mengajar masih diterapkan, serta berusaha menyampaikan pesan kepada Pendidik dan Peserta didik dan memperkenalkan bahwa Pembelajaran berwujud seni merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan anak.
2.      Tujuan
Tujuan dilakukan Micro Teaching pada TK tersebut adalah untuk mengenalkan kepada peserta didik dan Pendidik bahwa mengajar bukan sebatas proses mentransfer ilmu,melainkan sebuah seni yang meliputi proses pembentkan kepribadian dan karakter anak yang ideal.
3.      Manfaat
Adapun manfaat dari Micro Teaching tersebut :
a.  Menjelaskan bahwa mengajar merupakan sebuah proses pembentukan kepribadian yang baik dan bukan sebatas mentransfer ilmu semata.
b.   Sebagai salah satu sarana pendekatan terhadap anak-anak yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian terhadap peserta didik.
c.  Dapat membantu menemukan metode yang efektif digunakan dalam proses belajar mengajar khusunya pada TK tersebut.
LANDASAN TEORI
1.      Teori Pengajaran Pedagogi Modern
Pandangan mengenai bahwa Pedagogi hanya sebatas mengajar dan mengasuh merupakan factor awal yang menyebabkan terbentuknya Pedagogi Modern. Pedagogi Modern memandang bahwa proses mengajar itu tidak hanya focus pada pendidik saja, tetapi juga focus pada peserta didik. Mengatakan bahwa peserta didik menjadi kunci utama mencapai tujuan proses pengajaran tersebut. Ada 2 konsep utama yang dikembangkan dalam Pedagogi Modern, yaitu :
a.   Teaching, yaitu teknik yang digunakan guru dalam mentransformasikan konten pengetahuan, merangsang, mengawasi, dan memfasilitasi pengembangan siswa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Siswa diberi peluang untuk melakukan penilaian terhadap teknik atau metode pengajaran untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tidak hanya bersifat monoton dan satu belah pihak, melainkan terjadi interaksi resiprokal antara peserta didik dan pendidik.
b.  Learning, proses siswa mengembangkan kemandirian dan inisiatif dalam memperoleh dan menigkatkan pengetahuan serta keterampilan serta karakter yang ideal. Dapat dikatakan, bahwa kulaitsa metode teaching akan membantu anak dalam proses learning dalam pembentukan dirinya sendiri. Belajar bukan hanya proses mencari ilmu pengetahuan, melainkan juga pembentukan keterampilan, seperti berpikir kritis, kemampuan adaptasi, pemecahan masalah, dan pembentukan karakter yang ideal.
2.      4P (Pribadi, Proses, Press, dan Product)
Teori ini menjelaskan mengenai pembentukan kreatifitas serta pengembangan anak secara maksimal. Dalam hal ini, yang paling ditekankan dalam proses belajar mengajar adalah Pribadi. Dimana kemudian Pribadi itu yang akan diproses dan dikembangkan sehingga menciptakan Product yang bagus dan sesuai dengan tujuan pengajaran. Jadi kesimpulannya, dalam memberikan pengajaran, guru bukan menjadi focus utama, melainkan peserta didik yang menjadi focus utama.
3.      Pedagogi Ideal-Spiritual Karakteristik
Teori ini mengemukakan bahwa pembentukan kepribadian yang ideal bukan hanya berdasarkan keilmuan semata, melainkan juga berdasarkan factor spiritual dan Kreatifitas seseorang. Artinya proses belajar mengajar yang baik ketika proses tersebut bukan hanya sebatas proses pentransferan imu, melainkan juga sebagai proses yang membantuk anak dalam pengembangan kepribadian, karakter, dan spiritual yang ideal. Selain itu, teori ini juga mengembangkan prinsip etika, yaitu dalam pembentukan itu semua diperlukan aturan-aturan tertentu. Misalnya, dalam pembentukan karakter yang ideal, maka diperlukan teknik dan metode khusus untuk membentuk hal itu.
4.      Learner-Centered
Alasan mengapa yang digunakan adalah Learner-Centered dan bukan Teacher-Centered, karena dalam Micro Teaching tersebut, kelompok member focus proses pengajaran itu ada pada peserta didik, dan bukan pada kelompok. Kelompok sendiri hanya menjadi fasilitator dan pengarah sehingga proses mengajar tidak lari dari jalur sesungguhnya. Anak dibiarkan berkreasi sebebas mungkin dan mengeluarkan ide-idenya sebebas mungkin, karena menurut kelompok itu menjadi salah satu cara untuk membuka karakter anak yang ideal.
PERENCANAAN
1. Rancangan Kegiatan
Hari/Tanggal
Kegiatan
Tempat
Sabtu, 07 April 2012
Diskusi TK
Fakultas Psikologi USU
Sabtu, 07 April 2012
Diskusi mengenai konsep yang digunakan
Fakultas Psikologi USU
Senin, 09 April 2012
Observasi ke TK Kartika Jaya
TK Kartika Jaya
Selasa, 10 April 2012
Proses Micro Teaching
TK Kartika Jaya
Senin, 16 April 2012
Pembahasan mengenai micro teaching
Fakultas Psikologi USU
Jumat, 20 April 2012
Pembuatan laporan micro teaching
Fakultas Psikologi USU
Senin, 30 April 2012
Posting hasil micro teaching
Own

2.      Peserta Micro Teaching
Peserta Micro Teaching adalah Siswa TK Kartika Jaya 2-20 Kesatuan Angkatan Darat , di Jalan Karya Jaya Medan. Anak TK yang menjadi peserta Micro Teaching adalah anak dari Kelas B yang memiliki usia berkisal 5-6 tahun.
3.      Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam proses Micro Teaching adalah :
1.      Kamera Digital
2.      HP (Merekam Video)
3.      Crayon Berwarna
4.      Kertas Origami
5.      Kertas Gambar
6.      Reward
PELAKSANAAN
1.      Observasi
Pelaksanaan micro teaching yang kami lakukan di TK Kartika Jaya berjalan sesuai dengan rancangan jadwal kegiatan. Pada tanggal 9 april kami melakukan observasi ke sekolah TK Kartika Jaya dimana pertama sekali kami menemui Kepala Sekolah untuk meminta ijin melakukan observasi dan Micro Teaching selama dua hari. Setelah mendapatkan ijin kami melakaukan perkenalan dengan guru yang sedang mengajar dan juga para siswa. Agar para siswa tidak merasa terlalu terusik dengan kedatangan kami maka kami meemutuskan agar hanya beberapa orang perwakilan dari kelompok kami yang masuk untuk melakukan observasi. Berdasarkan hasil observasi kami kelihatan sekali bahwa para siswa sangat antusias dengan kegiatan kesenian. Jika kelompok lain mungkin memilih mengajarkan materi yang dirasa sulit oleh anak-anak namun kami memutuskan untuk mengajarkan materi yang menarik dimata anak-anak. setelah melakukan observasi kemudian kami memutuskan kegiatan kesenian yang kami akan ajarkan adalah menggambar, melipat origami dan bernyanyi.
2.      Micro Teaching
Kelompok melakukan kegiatan Micro Teaching pada tanggal 10 April 2012 di TK Kartika Jaya. Pertama-tama kami mengajak anak – anak untuk menggambar ikan. Disana terlihat antusias para murid untuk menggambar dan ada beberapa anak yang tidak mampu mengikuti langkah-langkah untuk menggambar ikan sehingga kami memutuskan ia dapat menggambar hewan lain yang mereka bisa gambarkan. Setelah selesai menggambar kami melakukan dialog dengan para murid dalam rangka menanyakan apakah mereka sudah bosan dan apakah mereka masih mau kami ajak untuk melakukan kegiatan melipat origami. Hasilnya mereka mau sehingga kami melanjutkan kegiatan melipat origami dan semua siswa dapat mengikutinya dengan baik. Setelah kegiatan melipat origami kami mengajak anak-anak untuk bernyanyi dan setelah itu kami membuat tantangan bagi anak yang berani maju kedepan kelas untuk menunjukkan bakatnya dalam bidang apapun (bernyani, membaca puisi dsb) akan kami berikan reward dan yang terakhir kami mengadakan kuis dimana anak-anak harus menyebutkan bahasa inggris dari benda yang kami maksud dan bagi yang bisa menjawab akan kami berikan reward. Semua kegiatan diatas dapat diikuti oleh anak-anak TK Kartika Jaya dengan sangat baik sehingga kami dapat melakukan kegiatan micro teaching dengan lancar.
LAPORAN KEGIATAN
1.      Hasil Micro Teaching
Sesudah melakukan proses Micro Teaching, kelompok mendapatkan gambaran mengenai metode pengajaran yang cocok diberikan di TK tersebut. Anak pada TK tersebut memiliki antusias yang besar pada kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak-anak tersebut untuk berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Sebagaicontoh, kegiatan Bernyayi, menggambar disambut dengan sangat senang oleh anak-anak di TK tersebut. Akhirnya kelompok membuat hipotesa sementara,bahwa proses belajar-mengajar akan menjadi efektif apabila kegiatan pemberian materi dicampur dengan kegiatan seni. Pemberian materi saja akan membuat peserta didik merasa bosan sehingga anak dan guru tidak dapat berpartisipasi dengan maksimal dalam proses pembelajaran. Dengan pemberian kegiatan seni tersebut, maka anak-anak akan semangat kembali sehingga secara tak langsung materi yang disampaikan akan dapat diterima dengan maksimal oleh peserta didik. Hal lainnya adalah dengan Micro Teaching tersebut kelompok mendapat gambaran mengenai Individual Differences dalam proses pengajaran. Dalam satu TK tersebut terdiri oleh anak yang beraneka ragam, sehingga cara yang diberikan juga berbeda antara satu dengan yang lain.
2.      Kesimpulan
Sekolah TK tersebut masih menggunakan prinsip Pedagogi yang sesuai dengan Landasan Teori yang dibuat oleh kelompok. Metode yang diberikan dalam sekolah tersebut bukan saja proses Pentransferan ilmu, tetapi juga proses pembentukan kepribadian dan karakter yang ideal termasuk kreatifitas dan seni. Hanya saja, guru masih kelihatan seperti mendominasi anak, dan anak diberi ruang gerak yang sempit dalam penuangan kreatifitas.

testimoni: 
kegiatan tersebut dapat menambah pengalaman dan memperoleh pemahaman yang lebih mengenai apa sih sebenarnya seni mengajar itu. Cukup menyenangkan pula bisa berinteraksi dengan anak-anak yang lagi aktif dan lucu seperti itu dan bisa menyadari sendir bagaimana pentingnya seorang guru dan pula seberapa sulitnya menjalankan peran guru itu sendiri.  Untuk awalnya memang cukup grogi untuk memulai, namun kelamaan mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan dan mulai menikmati kegiatan itu. Dari yang saya tangkap, anak-anak di TK tersebut perkembangannya cukup pesat. Dimana rata-rata dari mereka sudah ada yang bisa membaca dengan fasih dan dapat menuliskan nama lengkap mereka sendiri. Dan kecepatan menangkap informasi yang diberikan juga cukup baik sehingga dapat memudahkan kelompok berkomunikasi dengan mereka.  Dari kegiatan ini juga bisa mengasah kesabaran saya.

Vidio kami dapat dilihat: clik disini


DOKUMENTASI



Jumat, 20 April 2012

Action Plan Micro Teaching

Group Micro Teaching

Koor:  10027 Reza Yoga Pratama 
Member: 
10036 Melva Safira 
10006 Muhammad Fadly
10037 Karin Natalia A 
10062 Raja Maspin 
10071 Yulian Astri 
10051 Deepraj Kaur Sandhu 

Pendahuluan
Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu alat untuk memajukan kehidupan seseorang. Pada zaman sekarang ini, pendidikan bukanlah lagi menjadi kebutuhan sekunder, melainkan menjadi kebutuhan primer, karena orang tanpa pendidikan sekarang ini akan mendapat kedudukan rendah dalam masyarakat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu memegang peran penting dalam membentuk pribadi yang sukses. Pendidikan bukan hanya sekedar proses pentransferan ilmu, melainkan juga termasuk di dalamnya proses pembentukan pribadi yang berkualitas. Pribadi yang berkualitas dipandang bukan hanya seberapa banyak ilmu yang dia peroleh, melainkan juga dapat di pandang dari kreatifitas, kepribadian, serta kemampuan problem solving dan adaptasi seseorang.
Sekarang ini, pendidikan merupakan hanya proses pentransferan ilmu, tidak lagi menjadi proses yang mendidik. Guru merasa kewajibannya sudah selesai apabila dia sudah menyampaikan pemikirannya, tanpa memandang bagaimana anak tersebut. Bahkan, anak TK sekarang ini sudah diberikan pelajaran selayaknya anak di Sekolah Dasar. Pembelajan Seni sudah menjadi misi optional dalam proses pendidikan sekarang ini. Menyanyi, menggambar, melukis, serta kegiatan yang dapat membantu pembentukan kreatifitas siswa perlahan-lahan mulai diabaikan. Padahal, kreativitas merupakan salah satu factor penting penentu kualitas seorang anak.
Berdasarkan hal tersebut, kelompok ini melakukan Micro Teaching pada sebuah Tk, untuk melihat serta berusaha menyampaikan pesan kepada Pendidik dan Peserta didik bahwa Pembelajaran berwujud seni merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan anak.

B.   Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam proses micro teaching ini adalah :
a.       Teori Pengajaran Pedagogi Modern, mengatakan bahwa pengajaran bukan hanya proses transfer ilmu, melainkan juga proses transformasi, merangsang, dan membangkitkan kreatifitas siswa.
b.      Pendekatan 4P, yang memandang bahwa kreatifitas dibentuk berdsarkan empat critical factor, yaitu Pribadi, Proses, Press, dan Product.
c.       Pedagogi Ideal-Spiritual Karakteristik, mengemukakan mengenai pembentukan kepribadian yang ideal bukan hanya berdasarkan keilmuan semata, melainkan juga berdasarkan factor spiritual dan Kreatifitas seseorang.
d.      Pendekatan Learner – Centered, mengenai proses pendidikan berada pada tangan peserta didik, dimana peserta yang menjadi focus utama dan berperan aktif dalam proses pendidikan.

C.      Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam proses Micro Teaching adalah :
1.       Kamera Digital
2.       HP (Merekam Video)
3.       Crayon Berwarna
4.       Kertas Origami
5.       Kertas Gambar
6.       Reward

D.      Peserta Micro Teaching
Peserta Micro Teaching adalah Siswa TK Kartika Jaya 2-20 Kesatuan Angkatan Darat , di Jalan Karya Jaya Medan. Anak TK yang menjadi peserta Micro Teaching adalah anak dari Kelas B yang memiliki usia berkisal 5-6 tahun.

E.       Rencana Kegiatan
Rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan pada TK tersebut adalah :
1.       Perkenalan antara Mahiswa Micro Teaching dengan murid-murid Tk.
2.       Bernyanyi bersama-sama sebagai permulaan pelaksanaan kegiatan.
3.       Menggambar bersama dengan peserta didik.
4.       Mengajar anak melakukan permainan Lipat Origami.
5.       Bermain tebak-tebakan kata dengan peserta Micro Teaching.
6.       Pembagian Reward kepada adik-adik sebagai penutup kegiatan.

F.       Rancangan Jadwal Kegiatan
1.       Diskusi TK                                                                                         Sabtu, 7 April 2012
2.       Diskusi mengenai konsep yang digunakan                                            Sabtu, 7 April 2012
3.       Observasi ke TK Kartika Jaya                                                            Senin, 9 April 2012
4.       Proses Micro Teaching                                                                        Senin, 9 April 2012
5.       Pembahasan mengenai M.Teaching                                                      Senin, 16 April 2012
6.       Pembuatan Laporan Micro Teaching                                                    Jumat, 20 April 2012
7.       Posting Hasil Micro Teaching                                                               Sabtu, 21 April 2012

Jumat, 13 April 2012

Testimoni UTS


Menurut saya kuliah online ini cukup menarik. Walaupun sedikit ada hambatan yang saya rasakan seperti koneksi modem yang sangat lambat sehingga untuk menjawab soal ujiannya jadi lebih sedikit susah.  Namun, ini memberikan saya pengalaman baru. Banyak juga keuntungan yang didapat dari ujian online ini. Dalam konteks  psikologi pendidikan, menggunakan TIK sebagai media belajar sangatlah baik. Misalnya seperti menggunakan media internet. Dengan menerapkan ujian online ini pula kami dituntut untuk lebih mandiri. Kami dituntut untuk lebih menggali cara berpikir  untuk lebih kritis dan lebih pengasah penalaran dan pemahaman kami terhadap teori-teori yang telah di pelajar. Dan jika melihat dari konteks paedagoginya, kuliah online seperti ini sudah termasuk ke psikologi modern. Karena pada psikologi modern, menggunakan media internet sebagai media belajar itu memang diharapkan untuk bisa menyesuaikan pada perubahan zaman sekarang yang semakin maju. Dan ujian online seperti ini juga lebih menekankan pada student centered, dimana berpusat pada pada siswa. Dimana pula kami harus mencari pengetahuan dan informasi sendiri. Sedangkan dosen di ujian online ini sebagai pembimbing saja namun tetap mengawasi apakah kewajiban kami untuk menjawab soal ujian tetap kami laksanakan atau tidak. Intinya, ujian online ini sangat menarik serta menambah pengalaman baru.                         

Minggu, 01 April 2012

TIK dan Pedagogi


Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memiliki pengaruh besar pada dunia dimana orang-orang muda hodup. Demikian pula e-learning, yaitu belajar yang didukung atau difasilitasi oleh TIK, memiliki potensi yang cukup besar untuk mendukung pendekatan pengajaran, dengan tidak melupakan dimensi pedagogi. Setidaknya penggunaan e-learning ini bermanfaat dalam beberapa hal, diantaranya:
  • 1.     Membantu pembuatan koneksi yang memungkinkan siswa untuk masuk dan menjelajahi lingkungan belajar yang baru, mengatasi hambatan waktu dan jarak.
  • 2.      Menciptakan komunitas pelajar yang memperpanjang kegiatan belajar secara baik diluar kelas.
  • 3.      Menawarkan sumber daya yang memperhitungkan individu, budaya, atau perbedaan perkembangan.
  • 4.      Menawarkan pengalaman virtual yang mengehmat waktu mereka.
Sekolah sebaiknya tidak hanya mengekplorasi bagaimana TIK dapat menambah cara mengajar, tetapi juga bagaimana bisa membuka cara  belajar baru dan berbeda. Namun harus diperhatikan, penggunaan TIK yang mengabaikan pedagogisnya merupakan praktik pendidikan yang menyimpang.
Teknologi TIK telah memberikan warna tersendiri dalam proses belajar masa kini, serta melahirkan pemikiran baru di bidang pedagogi. Sehingga informasi begitu gampang diakses dan sistem komputasi makin mudah dilakukan. Hal-hal yang dulu dianggap sulit, kini sudah bisa dihadapi secara “santai”, otonom, lebih produktif dan terorganisasi. Namun hal ini tidak memnuculkan pemikiran baru bahwa kehadiran guru dikelas sudah tidak relevan lagi. Namun juga tidak akan membuat makin tingginya guru yang izin  tidak mengajar, karena menganggap kehadirannta sudah digantikan oleh TIK. Daya dukung pembelajaran tidak mungkin menggantikan kehadiran guru, apalagi mengambil alih tanggung jawab mereka.  

Walaupun terkadang guru memang memikirkan bahwa dengan adanya TIK sebagai alat bantu belajar ini dapat menguntungkan mereka  dalam memberikan pembelajaran. Namun dalam sistem pembelajaran yang interaktif, tugas utama guru tidak hanya harus memahami dan melaksanakan tugasnya, tapi juga harus bisa menciptakan jenis lingkungan yang kaya dalam organisasi produktif, serta dapat memunculkan interaksi dari semua peserta didik.  Jadi guru dituntut pula untuk mendorong, memfasilitasi dan merangsang munculnya proses, membantu meyakinkan bahwa hal itu berkembang dalam arah yang menarik dan produktif bagi semua siswa. Akhirnya, guru menjadi orang yang memiliki tanggung jawab untuk membuat aktivitas kelas terlihat bermakna bagi semua peserta didik. Jadi pada kesimpulannya, walaupun jaman sekarang TIK sudah sangat berkembang pesat sebagai alat bantu pembelajaran, namun apabila karena itu guru malah lebih santai dan cenderung mengabaikan tanggung jawab utamanya sebagai seorang guru serta juga jika gagal mengkawinkannya dengan pedagogi, maka agaknya hasil yang didapatpun akan hambar.

Fenomena Guru Saat Ini

Anggota Kelompok:
09-013 Dwika Septian Ihsan
10-024 Nadya Putri Delwis
10-036 Melva Safira

"Pahlawan tanpa tanda jasa"
Apa yang terlintas di fikiran kita saat membaca statement tersebut..??
:)
Yup, dengan tersenyum kita akan menjawab "Guru", kita akan seketika teringat akan sosok seorang guru, seorang yang keras tapi penyayang (berdasarkan pengalaman pribadi), disiplin, hangat, ceria, humoris, kaku, merasa benar juga ada, metodologis, killer dan berbagai macam sosok guru yang terlintas di fikiran kita tergantung paradigma masing-masing.
Sebenarnya kami agak bingung dengan slogan seperti itu, sejak kapan sebutan itu melekat pada citra seorang guru. Penuh ambiguitas, dan sayangnya kami (maksudnya saya secara pribadi) mencernanya dengan negatif. Tapi ya sudah lah, kami bukan ingin mengupas hal tersebut.
Mungkin dari berbagai kata mata pemikiran kita masing-masing, terdapat banyak mungkin perbedaan dalam menginterpretasikan guru. 

Kenapa sosok guru yang dulu menjadi tidak tampak saat ini? Guru tidak lagi jadi panutan dan lebih ke pada seorang pelayan?

                Kalau kita membalik buku sejarah beberapa tahun kebelakang, tergambarlah sosok guru yang jauh dari fenomena seperti sekarang ini. Guru dulu lebih cenderung seperti seorang relawan dalam memberantas kebodohan dan memperbaiki akhlak masyarakat di sekitarnya. Guru dulu sangat dipandang, memiliki kharismatik di masyarakat, dan merupakan tokoh cendekia, salah satu agen perubahan bagi lingkungannya. Guru tidak hanya sebagai pendidik, tapi juga sebagai seorang motivator yang selalu mem-brainstorming pemikiran-pemikiran peserta didiknya bahkan masyarakat pada umumnya.

                Sangat ironis memang dibandingkan saat ini. Guru tidak begitu dihargai lagi sebagai bagian dari cendekiawan masyarakat, tapi lebih kepada seragam yang dia gunakan. Sehingga pemikiran saat ini membelok dari kesadaran akan pendidikan menjadi pengharapan akan prestasi dan status sosial. Sejalan dengan itu tuntutan dari ide-ide ideal dari pemerintah (Depdiknas)—yang bermunculan hampir bersamaan; seperti halnya dulu ada PAKEM, Pembelajaran Portofolio, Kontekstual, dan Pembelajaran Model Quantum, menciptakan nuansa “kebingungan” di kalangan guru, sehingga secara tidak langsung menciptakan kejenuhan dan banyak sedikit akan berimbas kepada motivasi guru terkait kesadaran akan pendidikan. Belum lagi berbagai macam kurikulum yang coba-coba dan selalu berubah-ubah dalam rentang waktu yang singkat.

                Menjadi tenaga pengajar yang kompeten memang menjadi harapan saat ini. Pemerintah pun melakukan berbagai intensif, salah satunya adalah sertifikasi guru. Dengan intensif kenaikan gaji 100% bahkan lebih diharapkan guru menjadi semakin kompeten dan bergairah dalam menjalankan tugas. Akan tetapi hal ini malah mendoktrin timbulnya dua motif; motif ekonomi dan motif psikologis. Motif ekonomi menyebabkan guru berorientasi kepada gaji yang didapat ditambah adanya jaminan hidup. Dan motif psikologis yang mengajari guru berorientasi akan prestasi dan jabatan dalam internal institusi. Guru memang mengalami peningkatan dalam presatasi secara administratif, tapi juga menciptakan paradigma baru—menjadi guru (PNS) dapat menjamin kehidupan anak dan masa tua, motif-motif ini lah sebagai pemicu kompetisi berprestasi, tapi sayang bukan sebagai relawan yang mendedikasikan prestasinya untuk pendidikan, tapi terlebih kepada jabatan, status yang tinggi, dan pemenuhan kebutuhan hidup apalagi dimasa konsumtif seperti saat ini.

Sehingga muncul lah guru-guru yang terlalu menuntut prestasi kepada siswanya, dari pada membuat mereka mengerti akan pelajaran tersebut. Tak jarang juga banyak guru yang mahir dalam konsep tapi bingung dalam praktis, pada student centered learning misalnya, jika guru kurang bisa mengontrol proses pembelajaran, tak jarang kemungkinan siswa menjadi kurang menghargai guru. Terkadang guru memang agak ketinggalan jauh tentang perkembangan teknologi yang semakin modern, dibandingkan siswanya sendiri, sehingga siswa yang cenderung lebih upgrade merasa kurang motivasi untuk belajar. Hal ini banyak terjadi pada guru yang sudah agak berumur dan susah untuk di rubah mindset-nya.

Sebenarnya masalah terbesar adalah kurangnya kesadaran akan image seorang guru baik dari masyarakat maupun dari guru itu sendiri. Menjadi guru merupakan pekerjaan sepele bagi masyarakat saat ini, kalau dulu guru menjadi panutan, sekarang tidak begitu dipandang. Sebagai pemikir dalam masyarakat, guru mulai tidak begitu diperhitungkan. Kurangnya kesadaran ini menuntut professionalitas guru bergeser menjadi pelayan masyarakat. Sehingga tidak jarang banyak kasus pengaduan tindak kekerasan guru terhadap siswa menjadi hal yang sudah biasa, dan dirasa perlu bagi masyarakat agar guru tidak semena-mena terhadap anaknya. Kalau kita flashback kepada kenyataan guru di masa lalu, orang tua sangat mempercayakan anak mereka sepenuhnya kepada guru. Guru lah tempat anaknya belajar berperilaku dan berfikir, menjadi orang yang baik di masyarakat. Metode punishment yang dilakukan oleh sang guru malah mendapat dukungan dari orang tua. Akan tetapi dulu memang kebanyakan guru memiliki kredibilitas dalam mendidik siswa dengan etika yang baik.

Tuntutan modernisasi juga sangat mempengaruhi, apalagi indonesia yang sarat akan pengaruh budaya luar, baik timur maupun barat dan berbagai trend masa kini. Budaya barat yang banyak mengajarkan individualisme, menjadikan anak-anak bersikap mandiri, memiliki prinsip dan setting pemikiran sendiri. Budaya timur yang kaya akan aturan, norma, dan etika yang mengajarkan cara bersikap yang baik dalam kebersamaan. Dan trend yang mengajari lifestyle, mode, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut menuntut kita—tidak hanya guru tapi juga masyarakat, agar dapat melihat dengan kaca mata positif agar tuntutan modernisasi tidak merugikan terlebih dalam ranah pendidikan.