Kamis, 20 Desember 2012

Ujian Akhir Semester

Psikologi belajar = Mata kuliah yang Unik!

Psikologi  belajar merupakan salah satu mata kuliah pilihan yang ditawarkan di semester 5 ini. Psikologi belajar merupakan salah satu mata kuliah yang mengajarkan mahasiswa untuk lebih memahami cara kerja atau proses yang terjadi saat belajar . Atau dapat disimpulkan bahwa psikologi belajar adalah sebuah disiplin psikologi yang berisi teori-teori psikologi mengenai belajar, terutama mengupas bagaimana cara individu belajar atau melakukan pembelajaran.

Saya tertarik untuk mengambil mata kuliah ini karena dosen pengampunya yaitu Bu Dina, dimana sebelumnya saya pernah juga mengambil mata kuliah paedagogi yang diampu oleh dosen yang sama. Dari pengalaman saat mengambil mata kuliah paedagogi, penugasan yang diberikan tidak memberatkan mahasiswa–mahasiswanya. Sehingga untuk mengikuti perkuliahan pun tidak terasa berat. Jadi dari pengalaman tersebut pula saya akhirnya memutuskan untuk mengikuti mata kuliah psikologi belajar untuk semester ini ketimbang memilih mata kuliah pilihan yang lainnya. Dari sini saja sebenarnya saya sudah mengaplikasikan teori Gagne yang mengatakan bahwa banyak hasil belajar manusia digeneralisasikan ke berbagai macam situasi. Dari pengalaman saya di mata kuliah paedagogi yang tidak diberatkan oleh tugas, saya jadi belajar, sehingga saya jadi menggeneralisasikan bahwa pada mata kuliah psikologi belajar akan begitu pula.

Dari segi penugasan sendiri ternyata mata kuliah ini juga tidak terlalu berat, diawal perkuliahan kita diberikan kesempatan sendiri untuk menentukan bagaimana penugasan untuk setiap minggunya. Bu Dina beperan sebagai penengah saat menentukan tugas tiap minggu ini. Sehingga ada diskusi yang terjadi di dalamnya. Jadi, tetap ada kolaborasi antara pengajar denganpeserta didiknya. Karena seperti menurut Vygotsky, kolaborasi dalam proses belajar antara pengajar dan peserta didik perlu dilakukan. Jadi kami diberikan kebebasan namun tetap harus ada diskusi kecil sebagai pedomannya. 

Pada akhirnya, tugas tiap minggu adalah mengepost review dari topik-topik yang ada di buku. Penugasan ini dilakukan dengan cara berkelompok. Sehingga beban yang terasa pun tidak terlalu besar. Dalam waktu pengerjaan satu minggu untuk tugas yang dilakukan oleh kelompok dengan topik yang sudah lengkap di buku rasanya bukan hal yang berat. Apalagi topik yang harus di review di blog juga berdasarkan pemilihan sendiri. Mana yang rasanya lebih tertarik bisa menjadi topik pilihan, jadi tidak harus berdasarkan urutan bab dalam buku. Dengan kebebasan yang diberikan tentu tidak menimbulkan tekanan bagi mahasiswanya dan bisa meningkatkan motivasi intrinsik ketika mengerjakannya. Karena dengan kebebasan yang diberikan mahasiswa bisa memilih sendiri topik yang dirasa menyenangkan atau yang dirasa menarik untuk dipahami terlebih dahulu.

Dalam mata kuliah psikologi belajar ini juga tidak ada penugasan untuk membuat makalah atau presentasi, beda dengan mata kuliah lain yang rata-rata mengharuskan mahasiswanya untuk membuat makalah dan presentasi tiap minggunya. Apalagi biasanya tiap bab atau topik yang harus dibuat makalah dan slide presentasinya terdiri dari banyak sekali materi. Waktu yang diberikan juga biasanya hanya seminggu untuk menyelesaikan semuanya. Dengan textbook yang berbahasa inggris pula, yang sering terjadi adalah mahasiswa sering kali kesulitan untuk menyelesaikannya dan biasanya malah jadi asal-asalan dalam pengerjaannya. Misalnya, karena bahasa inggris yang sulit dimengerti, mahasiswa akan menggunakan google translate untuk mengartikannya dan dengan asal aja langsung copy paste. Sehingga biasanya di dalam makalah ataupun slide kelompok sering terdapat bahasa yang rancu atau tidak sinkron dengan apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh buku. 

Lalu dengan penugasan presentasi tiap minggu dengan kelompok yang berbeda-beda, terkadang akan timbul rasa bosan saat belajar. Apalagi biasanya dosen hanya akan duduk di belakang kelas dan tidak ikut berinteraksi dengan mahasiswanya. Padahal menurut Gagne perencanaan belajar tidak boleh hanya memberi lingkungan yang mengasuh, namun harus tetap dikembangkan secara sistematis. Yang sering terjadi malah dosen hanya datang di kelas, memperhatikan mahasiswa presentasi, lalu memberikan teori sedikit di akhir, dan kelas selesai. Padahal interaksi antara dosen dan mahasiswa itu sangat perlu. menurut Gagne pula, feedback yang diberikan dosen juga perlu bagi mahasiswa untuk mengindikasikan apakah harapan dosen telah dicapai oleh mahasiswanya. Karena pengajaran yang kurang dikembangkan secara sistematis seperti inilah yang sering terjadi adalah mahasiswa- mahasiswa tidak mendengarkan materi presentasi dengan serius dan malah mengobrol dengan teman disebelahnya atau malah main handphone. Ini merupakan salah satu akibat dari perencanaan belajar yang kurang baik, sehingga melahirkan orang dewasa yang tidak kompeten. 

 Sedangkan jika di mata kuliah psikologi belajar, tugas tiap minggu hanya mengepost di blog masing masing yang merupakan hasil dari review topik yang telah di pilih sendiri. Otomatis dalam proses pengerjaannya, tiap orang paling tidak akan membaca buku, dan paling tidak akan mengerti apa yang telah ditulisnya di blog. Sehingga saat di dalam kelaspun, ketika ada tugas lain yang diberikan berkaitan dengan topik yang telah di post, mahasiswa biasanya akan bisa mengikuti pembelajarannya. 

Saat di kelaspun tugas yang diberikan untuk melihat pemahaman mahasiswa tentang teori yang telah dipelajari pun unik-unik. Seperti yang dikatakan Gagne, pembelajaran harus dirancang untuk memfasilitasi belajar siswa individual, karena belajar pasti terjadi di dalam individual siswa. Jadi bagaimana menemukan cara/metode belajar yang bisa memfasilitasi tiap individu dalam belajar. Seperti saat belajar tentang teori Skinner, Bu Dina memberikan mahasiswanya 3 kertas yang berbeda-beda sebagai stimulus, lalu menugaskan kami untuk mengembangkan kreativitas kami melalui 3 kertas yang ada tersebut. Pada akhirnya, kertas-kertas tersebut berubah menjadi bermacam-macam bentuk hasil kreativitas para mahasiswa. Lalu diakhir bagi yang paling baik karyanya juga diberikan reward, sehingga tetap sesuai dengan teori Skinnernya. Jadi hal ini juga serasi dengan apa yang dikatakan Gagne, yaitu guru/perancang pembelajaran, merencanakan pelajaran harian, namun pelajarannya juga harus berada di dalam segmen unit dan pelajaran yang lebih luas, dan tetap harus serasi.

Saat belajar mengenai pemrosesan informasi, bu Dina juga memberi tugas yang unik untuk membantu kami memahami lebih dalam lagi mengenai teori tersebut. Bu dina membentuk mahasiswa ke dalam kelompok dan menyuruh salah satu anggota tiap kelompok maju ke depan dan memberikan sebuah wacana, lalu orang tersebut akan menceritakan isi wacana ke anggota lain dan orang yang telah diceritakan ditugaskan untuk menceritakan ulang ke anggota lainnya, begitu seterusnya. Sehingga di akhir, isi cerita bisa menjadi berbeda dari yang sebenarnya karena tiap orang pasti memiliki skema yang berbeda-beda mengenai isi cerita yang bisa membuat mereka memiliki kata-kata atau kalimat penyampaian yang berbeda-beda pula. Di atas merupakan salah satu contoh lain penugasan saat di kelas yang unik, namun tetap ada pembelajaran yang diterima di setiap diri individu. Dengan hal-hal seperti itu otomatis tidak membuat mahasiswa menjadi bosan dengan pelajaran yang ada.

Jika dalam mata kuliah lain pula, biasanya proporsi nilai telah ditentukan di awal perkuliahan. Sedangkan untuk mata kuliah psikologi belajar proporsi nilai tetap saja ditentukan tergantung dengan effort yang telah diberikan mahasiswa- mahasiswanya. Sehingga mahasiswa hanya dituntut untuk memberikan yang terbaik namun tidak ada rasa tertekan yang mengikutinya. Bahkan saat uts saja, kami ditugaskan untuk membuat konsep yang bisa diterapkan sebagai metode belajar dari teori yang telah dipelajari sebelumnya. Tugas dikerjakan secara online(post di blog masing-masing) dan secara berkelompok. Sehingga mahasiswa diberikan kebebasan untuk menyelasaikan uts tersebut. Beda dengan mata kuliah lain yang mewajibkan mahasiswanya untuk datang ke kampus, lalu menjawab soal-soal yang telah disediakan. Dan biasanya materi yang harus di hapal pun terlalu banyak, sehingga terkadang ada beberapa materi yang terlewatkan. Sehingga saat ujianpun mahasiswa menemui kesulitan-kesulitan untuk menjawab.

Matakuliah psikologi belajar juga memberikan tugas lapangan yang saya rasa sangat seru dan memberikan mahasiswanya pengalaman dan pengetahuan baru yang bermanfaat. Sehingga proses pengerjaannya tidak hanya bagaimana tugas itu dapat diselesaikan namun juga mendorong mahasiswa untuk memunculkan ketertarikannya terhadap tugas tersebut. Jadi akan muncul pula motivasi intrinsic dalam diri mahasiswa. Kalau di perkuliahan yang lain, biasanya tugas lapangannya saja sudah berat dan banyak tuntutan ini itu, tugas lain yang mengikutinya pun biasanya akan banyak, sehingga memberikan tekanan pada mahasiswanya. Dan malah membuat mahasiswa mengerjakannya setengah-setengah. Pada akhirnya motivasi instrinsik tidak ada, motivasi ekstrinsik pun tidak ada.

Secara kesuluruhan, tugas-tugas yang diberikan dalam matakuliah psikologi belajar ini tergolong lebih ringan dibandingkan matakuliah lainnya. Namun terkadang justru karena “ringan” inilah mahasiswa jadi mengesampingkan tugas-tugas yang diberikan jika dibandingkan dengan tugas yang lain. Namun sebenarnya ini juga tergantung pada mahasiswanya sendiri. Kalau bisa menyerap nilai positif dari kemudahan-kemudahan yang diberikan, pasti effort yang diberikan untuk mata kuliah psikologi belajar ini juga tidak akan tanggung-tanggung.



Selasa, 18 Desember 2012

UJIAN AKHIR SEMESTER


Perbandingan Penugasan antara Mata Kuliah Psikologi Belajar dengan Mata Kuliah Lain Pada Semester 5

Psikologi  belajar merupakan salah satu mata kuliah pilihan yang ditawarkan di semester 5 ini. Psikologi belajar merupakan salah satu mata kuliah yang mengajarkan mahasiswa untuk lebih memahami cara kerja atau proses yang terjadi saat belajar . Atau dapat disimpulkan bahwa psikologi belajar adalah sebuah disiplin psikologi yang berisi teori-teori psikologi mengenai belajar, terutama mengupas bagaimana cara individu belajar atau melakukan pembelajaran.

Saya tertarik untuk mengambil mata kuliah ini karena dosen pengampunya yaitu Bu Dina, dimana sebelumnya saya pernah juga mengambil mata kuliah paedagogi yang diampu oleh dosen yang sama. Dari pengalaman saat mengambil mata kuliah paedagogi, penugasan yang diberikan tidak memberatkan mahasiswa –mahasiswanya. Sehingga untuk mengikuti perkuliahan pun tidak terasa berat. Jadi dari pengalaman tersebut pula saya akhirnya memutuskan untuk mengikuti mata kuliah psikologi belajar untuk semester ini ketimbang memilih mata kuliah pilihan yang lainnya.

Dari segi penugasan sendiri ternyata mata kuliah ini juga tidak terlalu berat, diawal perkuliahan kita diberikan kesempatan sendiri untuk menentukan bagaimana penugasan untuk setiap minggunya. Bu Dina beperan sebagai penengah saat menentukan tugas tiap minggu ini. Sehingga ada diskusi yang terjadi di dalamnya. Jadi, tetap ada kolaborasi antara pengajar denganpeserta didiknya. Karena seperti menurut Vygotsky, kolaborasi dalam proses belajar antara pengajar dan peserta didik perlu dilakukan. Jadi kami diberikan kebebasan namun tetap harus ada diskusi kecil sebagai pedomannya. Pada akhirnya, tugas tiap minggu adalah mengepost review dari topik-topik yang ada di buku. Penugasan ini dilakukan dengan cara berkelompok. Sehingga beban yang terasa pun tidak terlalu besar. Dalam waktu pengerjaan satu minggu untuk tugas yang dilakukan oleh kelompok dengan topik yang sudah lengkap di buku rasanya bukan hal yang berat. Apalagi topik yang harus di review di blog juga berdasarkan pemilihan sendiri. Mana yang rasanya lebih tertarik bisa menjadi topik pilihan, jadi tidak harus berdasarkan urutan bab dalam buku. Dengan kebebasan yang diberikan tentu tidak menimbulkan tekanan bagi mahasiswanya.

Dalam mata kuliah psikologi belajar ini juga tidak ada penugasan untuk membuat makalah atau presentasi, beda dengan mata kuliah lain yang rata-rata mengharuskan mahasiswanya untuk membuat makalah dan presentasi tiap minggunya. Apalagi biasanya tiap bab atau topik yang harus dibuat makalah dan slide presentasinya terdiri dari banyak sekali materi. Waktu yang diberikan juga biasanya hanya seminggu untuk menyelesaikan semuanya. Dengan textbook yang berbahasa inggris pula, yang sering terjadi adalah mahasiswa sering kali kesulitan untuk menyelesaikannya dan biasanya malah jadi asal-asalan dalam pengerjaannya. Misalnya, karena bahasa inggris yang sulit dimengerti, mahasiswa akan menggunakan google translate untuk mengartikannya dan dengan asal aja langsung copy paste. Sehingga biasanya di dalam makalah ataupun slide kelompok sering terdapat bahasa yang rancu atau tidak sinkron dengan apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh buku. Lalu dengan penugasan presentasi tiap minggu dengan kelompok yang berbeda-beda, terkadang akan timbul rasa bosan saat belajar. Apalagi biasanya dosen hanya akan duduk di belakang kelas dan tidak ikut berinteraksi dengan mahasiswanya. Sehingga yang sering terjadi adalah mahasiswa- mahasiswa tidak mendengarkan materi presentasi dengan serius dan malah mengobrol dengan teman disebelahnya atau malah main handphone.

 Sedangkan jika di mata kuliah psikologi belajar, tugas tiap minggu hanya mengepost di blog masing masing yang merupakan hasil dari review topik yang telah di pilih sendiri. Otomatis dalam proses pengerjaannya, tiap orang paling tidak akan membaca buku, dan paling tidak akan mengerti apa yang telah ditulisnya di blog. Sehingga saat di dalam kelaspun, ketika ada tugas lain yang diberikan berkaitan dengan topik yang telah di post, mahasiswa biasanya akan bisa mengikuti pembelajarannya. Saat di kelaspun tugas yang diberikan untuk melihat pemahaman mahasiswa tentang teori yang telah dipelajari pun unik-unik. Seperti yang dikatakan Gagne, pembelajaran harus dirancang untuk memfasilitasi belajar siswa individual, karena belajar pasti terjadi di dalam individual siswa. Jadi bagaimana menemukan cara/metode belajar yang bisa memfasilitasi tiap individu dalam belajar. Seperti saat belajar tentang teori Skinner, Bu Dina memberikan mahasiswanya 3 kertas yang berbeda-beda sebagai stimulus, lalu menugaskan kami untuk mengembangkan kreativitas kami melalui 3 kertas yang ada tersebut. Pada akhirnya, kertas-kertas tersebut berubah menjadi bermacam-macam bentuk hasil kreativitas para mahasiswa. Lalu diakhir bagi yang paling baik karyanya juga diberikan reward, sehingga tetap sesuai dengan teori Skinnernya. Jadi hal ini juga serasi dengan apa yang dikatakan Gagne, yaitu guru/perancang pembelajaran, merencanakan pelajaran harian, namun pelajarannya juga harus berada di dalam segmen unit dan pelajaran yang lebih luas, dan tetap harus serasi.

Saat belajar mengenai pemrosesan informasi, bu Dina juga memberi tugas yang unik untuk membantu kami memahami lebih dalam lagi mengenai teori tersebut. Bu dina membentuk mahasiswa ke dalam kelompok dan menyuruh salah satu anggota tiap kelompok maju ke depan dan memberikan sebuah wacana, lalu orang tersebut akan menceritakan isi wacana ke anggota lain dan orang yang telah diceritakan ditugaskan untuk menceritakan ulang ke anggota lainnya, begitu seterusnya. Sehingga di akhir, isi cerita bisa menjadi berbeda dari yang sebenarnya karena tiap orang pasti memiliki skema yang berbeda-beda mengenai isi cerita yang bisa membuat mereka memiliki kata-kata atau kalimat penyampaian yang berbeda-beda pula. Di atas merupakan salah satu contoh lain penugasan saat di kelas yang unik, namun tetap ada pembelajaran yang diterima di setiap diri individu. Dengan hal-hal seperti itu otomatis tidak membuat mahasiswa menjadi bosan dengan pelajaran yang ada.

Jika dalam mata kuliah lain pula, biasanya proporsi nilai telah ditentukan di awal perkuliahan. Misalnya untuk nilai kuis 10%, nilai uts 30%, uas 45%, dan sebagainya. Sedangkan untuk mata kuliah psikologi belajar proporsi nilai tergantung dengan effort yang telah diberikan mahasiswa- mahasiswanya. Sehingga mahasiswa hanya dituntut untuk memberikan yang terbaik namun tidak ada rasa tertekan yang mengikutinya. Bahkan saat uts saja, kami ditugaskan untuk membuat konsep yang bisa diterapkan sebagai metode belajar dari teori yang telah dipelajari sebelumnya. Tugas dikerjakan secara online(post di blog masing-masing) dan secara berkelompok. Sehingga mahasiswa diberikan kebebasan untuk menyelasaikan uts tersebut. Beda dengan mata kuliah lain yang mewajibkan mahasiswanya untuk datang ke kampus, lalu menjawab soal-soal yang telah disediakan. Dan biasanya materi yang harus di hapal pun terlalu banyak, sehingga terkadang ada beberapa materi yang terlewatkan. Sehingga saat ujianpun mahasiswa menemui kesulitan-kesulitan untuk menjawab.

Matakuliah psikologi belajar juga memberikan tugas lapangan yang saya rasa sangat seru dan memberikan mahasiswanya pengalaman dan pengetahuan baru yang bermanfaat. Sehingga proses pengerjaannya tidak hanya bagaimana tugas itu dapat diselesaikan namun juga mendorong mahasiswa untuk memunculkan ketertarikannya terhadap tugas tersebut. Jadi akan muncul pula motivasi intrinsic dalam diri mahasiswa. Kalau di perkuliahan yang lain, biasanya tugas lapangannya saja sudah berat dan banyak tuntutan ini itu, tugas lain yang mengikutinya pun biasanya akan banyak, sehingga memberikan tekanan pada mahasiswanya. Dan malah membuat mahasiswa mengerjakannya setengah-setengah. Pada akhirnya motivasi instrinsik tidak ada, motivasi ekstrinsik pun tidak ada.

Secara kesuluruhan, tugas-tugas yang diberikan dalam matakuliah psikologi belajar ini tergolong lebih ringan dibandingkan matakuliah lainnya. Namun terkadang justru karena “ringan” inilah mahasiswa jadi mengesampingkan tugas-tugas yang diberikan jika dibandingkan dengan tugas yang lain. Namun sebenarnya ini juga tergantung pada mahasiswanya sendiri. Kalau bisa menyerap nilai positif dari kemudahan-kemudahan yang diberikan, pasti effort yang diberikan untuk mata kuliah psikologi belajar ini juga tidak akan tanggung-tanggung.

Sabtu, 08 Desember 2012

Komentar dan Testimoni


Komentar:
Kelebihan
-Sekolah telah menggunakan teknologi yang canggih. Jadi siswa diberikan media belajar yang cukup baik. Sehingga otomatis bisa membantu mereka untuk mendapat pembelajaran yang lebih baik. Dan tentu saja bisa mengenalkan mereka dengan hal-hal baru, seperti di kelas saya mereka dikenalkan cara untuk menjalankan suatu software yang bisa digunakan untuk dubbing video atau lagu. Sehingga bisa mengasah keterampilan mereka untuk lebih baik.
Kekurangan
-Kondisi kelas yang dipenuhi kaca sisa bangunan di sudut kelas agaknya cukup mengganggu proses belajar. Apalagi terdapat pasir-pasir sisa bangunan dan ventilasi udara kecil yang hanya satu rasanya cukup menganggu udara di dalam kelas. Lalu lingkungan atau suasana kelas yang diciptakan guru terkesan sangat santai. Hal ini sebenarnya ada positifnya juga, dimana siswa jadi bisa leih berani mengekspresikan dirinya, namun yang saya lihat malah dominan yang negatifnya, dimana siswa terlihat tidak takut dengan guru dan berani melawan juga, sehingga siswa-siswa ini menciptakan kelas yang ribut. Bahkan yang seharusnya duduk di bangku masing-masing ada juga yang duduk di lantai dengan mengganggu siswa lainnya. Guru pun tidak terlihat keberatan akan hal ini.

Testimoni
Kegiatan observasi lapangan ini menarik. Saya jadi memiliki kesempatan untuk bisa melihat sekolah yang sistem pembelajarannya sudah lebih maju dibandingkan dengan sekolah lain. Dengan menggunakan teknologi yang canggih ini, anak-anak ini dilatih untuk bisa mengikuti tuntutan perkembangan teknologi yang sudah sangat maju. Sekolah ini juga merupakan sekolah yang sangat baik untuk masa depan siswanya, dimana saat siswa-siswa ini sudah lulus, mereka keluar dari sekolah ini dengan keterampilan-keterampilan yang belum tentu di dapat oleh siswa SMA ataupun bahkan SMK lainnya. Benar-benar pengalaman yang berharga, terima kasih Bu Dina atas kesempatannya J
Saran:
Sebenarnya sekolah ini sudah sangat baik, saran yang bisa saya berikan paling hanya untuk pengajar saja. Dimana sebaiknya menciptakan suasana kelas yang lebih tegas agar siswa-siswa tersebut lebih memiliki rasa hormat. Jadi santai, namun tetap memiliki aturan-aturan. Karena membimbing siswa untuk memiliki attitude yang baik juga sangat penting untuk dirinya di masa depan. 

Laporan Hasil Observasi di SMK TRITECH Medan


Standart Data Observasi:
1.       Nama dan nim observer : Melva Safira (101301036)
2.       Kelas yang diobservasi : Kelas 2-2
3.    Mata pelajaran : Multimedia, dengan topik “Menggabungkan audio ke dalam sajian multimedia”
4.       Nama guru yang mengajar : Dira Urdi Permanan, ST
5.       Jumlah siswa dalam kelas : 21 orang
6.       Waktu dan durasi observasi : 11.40-12.15 (35menit)
7.       Media pembelajaran guru : Laptop dan LCD
8.       Media pembelajaran siswa : Laptop, headphone, CD-Room dan Flashdisk
9.    Situasi fisik kelas : Terdapat 2 AC yang tidak bisa hidup, 1 kipas yang lumayan besar (hidup), terdapat  banyak sisa kaca bangunan di sudut kelas, lampu yang digunakan adalah lampu panjang berwarna putih sebanyak 3 buah, LCD tv sebagai pengganti proyektor, ruangan berwarna putih, terdapat 1 ventilasi udara yang sangat kecil, jam dinding yang digantung diatas ventilasi, bangku yang diduduki pun berbeda jenis (ada yang bangku lipat dan ada bangku yang tempat duduknya ada bantalnya, jadi sedikit lebih empuk), dan pintu masuk berada di bagian belakang kelas sebelah kiri.
1.   Alat observasi : Alat tulis (pulpen,pensil dan penghapus), buku tulis dan handphone sebagai pengganti kamera.

Pada saat observasi, kelas sedang belajar bagaimana caranya menggabungkan audio ke dalam                      sajian multimedia. Dimana prakteknya, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah mengubah video atau lagu yang berbahasa inggris menjadi bahasa lain (dubbing).
Tabel yang digunakan sebagai panduan observasi:
Tabel 5.7 (kaitan antara belajar dengan peristiwa pembelajaran)
Deskripsi
Tahapan belajar
Kegiatan pembelajaran
Persiapan belajar
1.       Mengarahkan perhatian




2.       Ekspektasi


3.       Retrieval
Menarik perhatian siswa dengan menggunakan kejadian tidak seperti biasanya, pertanyaan atau perubahan stimulus

Memberitahu tujuan belajar kepada pemelajar

Merangsang ingatan atas belajar yang telah dipelajari sebelumnya


4.       Persepsi selektif atas ciri stimulus

5.       Penyandian semantic

6.       Retrieval dan respons

7.       Penguatan
Menyajikan stimulus dengan ciri yang berbeda

Memberikan bimbingan belajar

Memunculkan kinerja

Memberikan balikan informatif


8.       Pemberian petunjuk retrieval
9.       Generalisasi
Menilai perbuatan/kinerja

Memunculkan kinerja dengan contoh baru

Tabel diatas merupakan tabel yang saya gunakan sebagai panduan untuk melihat apa yang harus diperhatikan selama observasi berlangsung. Jadi jika dilihat berdasarkan tabel tersebut, yang hanya dilakukan oleh guru saat berlangsungnya observasi adalah:
·        Retrieval, dimana disini guru mencoba merangsang ingatan atas belajar yang telah dipelajari sebelumnya. Dari hasil observasi lapangan, guru di kelas tersebut mencoba merangsang ingatan siswa dengan pertanyaan seperti “Ayo gimana caranya? Kita sudah belajar itu dari minggu pertama loh, siapa yang tahu?”. Dengan memberikan pertanyaan seperti itu, siswa mulai mengingat-ingat kembali pelajaran yang sudah mereka pelajari.

·         Persepsi selektif atas ciri stimulus, dimana disini guru memberikan stimulus dengan cara yang berbeda, yang memungkinkan siswa untuk memasukkan stimulus tersebut secara temporer ke dalam ingatannya dan membuat siswa berpikir dan memiliki persepsi atas stimulus tersebut. Jika dilhat drai contoh lapangan, guru dibantu oleh laptop dan LCD untuk menampilkan sebuah video upin-ipin yang telah di dubbing dengan bahasa inggris, dan hal itu membuat siswa berpikir kira-kira bagaimana cara membuat video seperti itu.

·         Penyandian semantic, dimana dari hasil observasi, guru mecoba membimbing siswa dalam pembelajarannya.  Guru mencoba untuk membantu siswa dalam melakukan tugasnya agar yang dikerjakan tidak salah, dan meminta siswanya untuk menunjukkan kemampuannya atas apa yang telah ia mengerti dari proses belajar yang mereka dapat hari itu. Jadi diperlukan pula proses mengingat bagi siswa.

·         Retrieval dan respons, dimana disini guru mencoba menggunakan tahap retrieval yang memunculkan respon yang bisa memunculkan kinerja. Contoh yang saya sempat dengarkan dari guru adalah seperti  “Kamu coba ingat-ingat dulu bagaimana caranya, itu kan mudah saja, tinggal di copy dari software yang satunya lagi, lalu diapakan lagi? Ayo diingat coba, sekalian langsung di coba di laptopnya masing-masing.”  Dengan memberikan stimulus dengan perkataan seperti itu dapat merangsang siswa untuk langsung merespon dan memunculkan kinerja mereka.

·    Penguatan, dimana disini guru memberikan umpan balik atas apa yang telah dilakukan siswa. Dari hasil observasi, guru berjalan ke siswa-siswanya satu persatu dan melihat hasil kerja mereka, dan mencoba memberikan koreksi jika ada kesalahan, atau memberikan konfirmasi bahwa yang dikerjakan telah benar dengan harapan guru.
     
     Dikarenakan waktu observasi yang dimulai dari pukul 11.40 sedangkan kelas ini sudah dimulai dari jam 9.45, saya tidak bisa melihat apakah ada proses mengarahkan perhatian dan ekspektasi di awal mulainya kelas. Namun dari hasil wawancara singkat dengan guru yang mengajar, didapatkan informasi bahwa di setiap awal kelas pasti guru memang selalu mencoba menarik perhatian siswa dengan pertanyaan pertanyaan,  atau stimulus lainnya serta memberitahu tujuan belajar kepada pemelajar. Namun dikarenakan saya masuk kelas dan memulai observasi hampir di akhir kelas, saya tidak bisa melihat kedua proses tersebut. Sedangkan untuk proses pemberian petunjuk retrieval dan generalisasi tidak saya dapatkan berdasarkan hasil pengamatan observasi.
            
            Analisis hasil observasi
Untuk menganalisis data hasil observasi saya menggunakan tabel 5.5 mengenai asumsi tentang desain pembelajaran menurut Gagne yang bisa dilihat di halaman 196 pada buku “Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi”, edisi keenam karangan Margaret E.Gredler. Saya hanya akan menjabarkannya, yaitu: 
Asumsi yang pertama, pembelajaran harus dirancang untuk memfasilitasi belajar siswa individual. Jadi walaupun sering dikelompokkan dalam proses belajarnya, belajar akan tetap terjadi di dalam diri seseorang. Dari data hasil observasi, kelas sebenarnya telah menerapkan asumsi ini. Dimana walaupun tugas mereka dilakukan secara perkelompok antara kelompok putra dan putri, dalam proses pekerjaan tugasnya masing-masing siswa tetap harus mencoba melakukan tugas pada laptop masing-masing sehingga bisa tetap mengerti dengan pelajarannya.

Asumsi yang kedua mengatakan bahwa baik itu tahapan jangka panjang maupun menengah harus dimasukkan dalam desain pembelajaran. Jadi ketika guru merencanakan pelajaran harian, pelajaran tersebut harus harus bedara dalam segmen unit yang lebih luas dan harus serasi. Dari hasil observasi, sebenarnya guru telah merancang pembelajarannya dengan baik dan memiliki keserasian antara hasil belajar minggu sebelumnya dengan belajar harian. Karena dari susunan materi yang sempat ditunjukkan oleh guru terlihat bahwa dari minggu pertama sampai minggu saat saya melakukan observasi memiliki kaitan satu sama lain dan merupakan lanjutan dari pelajaran yang lalu.

Asumsi ketiga, perencanakan pembelajaran tidak boleh sembarangan atau sekedar memberikan lingkungan yang mengasuh. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa lingkungan belajar yang diberikan guru terkesan bebas, dalam arti tidak ada peraturan penting untuk menjaga ketentraman kelas, sehingga siswa-siswa inipun terkesan tidak hormat dengan gurunya sehingga mereka malah ribut dengan teman-temannya. Hal seperti ini bisa melahirkan orang dewasa yang tidak baik.

Asumsi keempat, pembelajaran harus didesain menggunakan pendekatan sistem. Dari hasil observasi, guru telah menunjukkkan hal ini. Dimana guru telah menggunakan data, informasi, dan prinsip teoritis untuk melakukan perencanaan belajar.

Asumsi kelima, desain pembelajaran harus didasarkan pada cara manusia belajar, dari hasil observasi terlihat bahwa guru mencoba untuk membuat masing-masing siswa mengerjakan suatu tugas untuk melihat hal-hal apa yang berhasil dilakukan oleh siswa.
Jadi dari kelima asumsi tersebut, kelas yang saya observasi sebenarnya telah menerapkan hampir dari semua asumsi desain pembelajaran menurut Robert Gagne.



Rabu, 14 November 2012

Analisa Permasalahan Menggunakan Teori Gagne, Piaget dan Bandura

Permalasahan: Mengapa mahasiswa fakultas Psikologi USU yang mengambil matakuliah psikologi belajar T.A 2012/2013 semester ganjil sebagian besar tidak memberikan tanggapan di grup sehubungan dengan rencana melakukan observasi di lapangan?


Kalau secara pribadi alasan saya tidak berkomentar adalah dikarenakan jarangnya saya membuka Facebook itu sendiri. Sehingga tidak terbaca oleh saya. Dan pada akhirnya saya mengetahui informasi ini dari teman, dan saya rasa saya cukup mengerti dan saat mengetahui teman yang lain juga tidak memberikan komentar, saya merasa tidak masalah jika tidak mengomentari informasi tersebut juga. Namun jika dianalis dengan teori antara lain sebagai berikut:

Robert Gagne
Gagne mengatakan bahwa komponen proses belajar digambarkan dengan S dan R. S adalah situasi yang member stimulus dan R adalah respon atas stimulus tersebut. Dengan demikian belajar terjadi bila individu merespon stimulus yang ada. Jika dikaitkan dengan pertanyaan di atas, sepertinya sebagian besar mahasiswa psikologi belajar dulunya pernah diberikan informasi oleh dosen (stimulus), dan merespon dengan tidak acuh atas informasi tersebut(respon), dan ternyata tidak ada pengaruh besar pada dirinya karena sikap tidak acuh tersebut. Misalnya dikarenakan ternyata tidak ada teguran dari dosen ketika mahasiswanya tidak acuh dengan informasi yang diberikan. Sehingga hasil belajarnya adalah ketika ada informasi yang diberikan oleh dosen, akan tidak masalah jika merespon dengan tidak acuh. Gagne juga mengenalkan fase generalisasi, dimana apa yang dipelajari dapat digunakan dalam berbagai situasi lain. Kalau dikaitkan lagi dengan alasan di atas, hasil belajar tersebut di generalisasikan oleh mahasiswa, mereka berpikir bahwa jika dulu saat tidak acuh dengan informasi yang diberikan oleh dosen tidak masalah, jika sekarang melakukannya lagi juga tidak apa-apa.

Albert Bandura
Menurut Banduran proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar (Modelling). Peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus. Proses belajar semacam ini disebut observational learning. Dari teori ini saya menyimpulkan bahwa mahasiswa sebagian besar tidak memerikan komentar karena mahasiswa tersebut telah mengamati dan meniru teman yang lain yang juga tidak berkomentar di grup. Mungkin pertamanya mahasiswa telah membaca, lalu karena melihat tidak banyak yang komentar, dia juga jadi meniru perilaku tersebut.

Piaget
Menurut Piaget, bentuk penalaran merupakan asal muasal logika dan transformasi dari penalaran lain. Dan menurutnya, kita memiliki skema masing-masing pada diri kita terhadap suatu hal yang bisa mempengaruhi tindakan kita. Berkaitan dengan teori ini, dimungkinkan penalaran mahasiswa saat membaca informasi di group membuat mereka merasa sudah mengerti dan merasa tidak ada masalah yang ditemukan sehingga merasa tidak perlu untuk berkomentar lagi.

Sabtu, 27 Oktober 2012

TUGAS MID SEMESTER

Anggota:
Melva Safira (10-036)
Perspektif Kognitif : Pemrosesan Informasi
            Informasi yang tersimpan dari strategi pemrosesan informasi dari sistem kognitif kita berinteraksi dengan informasi indrawi yang diterima dari lingkungan, memperhatikan secara selektif atas informasi yang masuk, mengaitkannya dengan memori, dan secara aktif memberikan makna untuk informasi tersebut (Wittrock, 1990).
Asumsi dasar dari pemrosesan informasi adalah; memori manusia aktif terlibat dalam konstruksi pengetahuan, dan pengetahuan sebelumnya yang dimiliki pembelajar berperan penting dalam belajar. Memori manusia adalah sistem kompleks yang aktif mencari data indrawi, mengubah data menjadi informasi bermakna, dan menyimpan informasi itu dalam jangka panjang.
            Seperti yang sudah kita ketahui bahwa pemrosesan informasi dalam otak kita sangatlah tidak sederhana, melainkan beberapa proses yang dilewati tanpa kita sadari. Oleh karena itu kami menyarankan satu metode yang bisa diterapkan agar membantu mahasiswa dalam memudahkan mengingat mata kuliah serta materi yang dipelajari, mengingat psikologi menggunakan banyak text book disetiap mata kuliah.  
Strategi : Teknik mnemonic
           Metode ini digunakan untuk asosiasi arbitrer pada berbagai pelajaran yang berbeda-beda yang harus dipelajari. Metode ini berguna untuk menyampaikan makna dan struktur ketika istilah diorganisasikan secara  hierarki. Jadi metode ini berguna untuk memudahkan kita sebagai mahasiswa dalam mengingat materi dalam belajar, dan membantu menemukan info-info penting yang kita perlukan ketika sedang mencari sumber informasi baru.
            Ini merupakan salah satu metode pengajaran yang kami tawarkan untuk diterapkan dikelas. Mahasiswa akan diminta untuk membuat sebuah kartu yang terbuat dari karton atau kertas HVS berukuran 10x15 dimana akan dituliskan beberapa kode dan konsep dari masing-masing mata kuliah yang akan di pelajari. Di kartu itu juga akan dituliskan referensi buku dari materi tersebut. Penulisan materi di kartu tersebut bisa dalam bentuk teks atau singkatan-singkatan dari apa yang dihapalkan ketika sedang belajar.  

Berikut adalah tujuan dari metode pengajaran ini:

  • ·      Memudahkan mahasiswa dalam mengingat pelajaran dengan bantuan menulis di kertas tersebut
  •     Memudahkan mahasiswa dalam mencari informasi mengenai suatu materi melalui sumber-sumber buku yang sudah dituliskan dalam kertas tersebut 
  •          Membantu mahasiswa dalam menghapal konsep dari setiap mata kuliah
  •    Membantu mahasiswa ketika sedang menjalankan skripsi, dimana kertas ini bisa membantu dalam menemukan info mengenai referensi buku yang diperlukan.
  •     Bisa juga membantu mempermudah ketika akan menjalani ujian semester, misalnya digunakan sebagai bacaan agar lebih mudah menghapal. 
  •    Serta membiasakan mahasiswa untuk selalu membuat konsep mengenai materi-materi yang akan dipelajari
Metode ini sangat cocok digunakan disetiap mata kuliah, dan bisa digunakan ditingkatan mana saja. Bahkan teknik ini sangat efektif bila diterapkan mulai dari anak SMP untuk membiasakan mereka membaca buku sebelum pelajaran dimulai dan membiasakan mereka dalam membuat konsep-konsep mengenai materi yang akan dipelajari. 



Berikut adalah Isi dari kartu:
  •          Menyimpulkan dengan kata-kata sendiri mengenai suatu konsep atau definisi 
  •    Membuat judul buku referensi dari kesimpulan yang telah kita buat serta tanggal kapan siswa membacanya 
  •      Mengaitkan materi dengan pengetahuan sebelumnya 
  •      Mengajari menemukan info penting dalam teks 
  •           Membuat singkatan-singkatan dari hapalan
Alat yang dipakai:
  •          Kartu yang terbuat dari kertas karton yang kemudian dipotong-potong menjadi berukuran 10x15 cm 
  •      Dan di sebelah kanan atas di lubangi agar bisa di kaitkan dengan kertas lainnya
  •      Tiap siswa diberikan 3 lembar kertas yang telah dipotong  

Selasa, 23 Oktober 2012

Review Jurnal


Judul Jurnal: Prinsip-Prinsip Kognitif Pembelajaran Multimedia: Peran Modality dan Contiguity Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Oleh: Fatimah Saguni
 (Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Palu)
Buka jurnal klik disini.

Jurnal ini membahas bagaimana teknologi informasi dapat digunakan sebagai salah satu bagian dari teknologi pendidikan yang mendukung proses pembelajaran. Multimedia memberikan kesempatan untuk belajar tidak hanya dari satu sumber belajar seperti guru, tetapi memberikan kesempatan kepada subjek mengembangkan kognitif dengan lebih baik, kreatif dan inovatif. Hal ini salah satunya karena informasi disajikan dalam dua atau lebih bentuk seperti dalam bentuk gambar dan kata-kata sehingga subjek dapat memadukan berbagai informasi dari tampilan lisan dan tulisan. Jadi subjek dapat memadukan informasi verbal yang disajikan secara visual dan informasi verbal yang disajikan secara audio. Lalu proses belajar dengan multimedia ini juga dikaitkan dengan memori. Karena masalah belajar itu sendiri tidak terlepas dari masalah memori. Memori dan konsep belajar saling berkaitan erat karena menghasilkan keluaran yang berupa hasil belajar. Hasil belajar tersimpan dan dipelihara dalam memori agar kelak dapat digunakan kembali. (Hulse, dkk., 1975). Ellis (1978) mengemukakan bahwa memori mengacu pada penyimpanan informasi, mengakses informasi yang pernah diterima. Pada dasarnya memori mencakup proses encoding (penyandian), storage (penyimpanan), dan retrieval (memanggil kembali) (Ellis, 1978). Jadi memori berkaitan dengan penerimaan informasi, penyimpanan informasi, sampai pemanggilan kembali informasi yang disimpan. Atkinson dan Shiffri membagi memori menjadi 3 tempat penyimpanan, yaitu sensory memory (memori sensori), short term memory (memori jangka pendek), dan long term memory (memori jangka panjang). Ketiga macam memori tersebut saling berkaitan erat, informasi tertentu diteruskan  kedalam memori jangka pendek (STM) dan sebagian informasi akan hilang, hingga akhirnya melalui seleksi informasi diteruskan kedalam memori jangka panjang dan yang tidak diteruskan akan dilupakan (Irwanto, dkk., 1994).

Kapasitas untuk mengingat stimulus yang masuk secara visual, seperti gambar-gambar dan semacamnya, dengan kejelasan yang luar biasa dikenal sebagai photographic memory atau eidetic imagery. Baik dalam ingatan audio maupun visual, rangsangan-rangsangan yang masuk diproses secara asimetri di otak.
Kelupaan yang terjadi di STM berhubungan erat dengan faktor storage dan retrieval. Teori decay mengungkapkan bahwa informasi akan hilang apabila informasi tersebut tidak pernah digunakan. Informasi yang disimpan dalam memori jangka panjang bersifat permanen, tetapi bukan berarti bahwa kelupaan tidak pernah terjadi. Kegagalan untuk mengingat informasi yang disimpan memungkinkan untuk terjadi karena tidak adanya petunjuk yang tepat atau efektif. Kelupaan dapat pula diminimalkan dengan cara menggunakan mnemonic, yaitu strategi mengorganisasikan informasi secara visual atau verbal (Solso, 1998). Retensi atau bertahannya materi yang dipelajari sehingga tidak mudah dilupakan dapat pula dilakukan dengan pengulangan materi yang dipelajari berulang kali, penggunaan tabel, diagram, dan gambar-gambar dapat pula membantu agar materi tidak cepat terlupakan (Solso, 1998).
Para ahli kognitif telah banyak mengkaji peranan kemampuan pemrosesan informasi sederhana yang menjadi perantara atau variabel perbedaan individual dalam proses kognisi yang kompleks seperti pemahaman, penalaran dan pencapaian prestasi akademik. Proses belajar akademik pada dasarnya berlangsung pada sebagian besar aspek kognitif manusia. Working memory memiliki sistem tersendiri untuk mengolah informasi visual dan informasi audio. Teori kognitif tentang working memory menyatakan bahwa berdasarkan prinsip modality, terutama dalam proses belajar dengan menggunakan multimedia, kata-kata yang digunakan perlu disajikan dalam bentuk narasi audio bukan secara visual berupa teks pada layar. Alasannya, dalam proses memori jangka pendek, presentasi bersifat audio lebih mudah diingat daripada presentasi visual.  Dikatakan pula dalam jurnal ini, informasi yang diberikan dalam bentuk kata-kata akan diterima dalam bentuk verbal, sedangkan informasi yang diterima dalam bentuk gambar akan diterima atau disimpan dalam bentuk visual. Berdasarkan teori Paivio (1991, dalam Solso, 1998) tersebut penerima informasi akan mendapatkan gambaran yang lebih baik jika kedua bentuk informasi (verbal dan visual) diterima, karena dengan demikian penerima informasi akan dapat mempertemukan informasi yang sama dalam bentuk yang berbeda dalam memori.  Ada 3 proses yang berlangsung saat seseorang menerima 2 bentuk informasi dalam waktu yang sama, yaitu: 1) membuat gambaran verbal serta kesesuaian dengan informasi verbal yang diterima; 2) membuat gambaran visual serta kesesuaian dengan informasi visual yang
diterima; dan 3) membuat kesesuaian hubungan antara gambaran visual dengan gambaran verbal yang sudah diterima. Jadi dalam jurnal ini sebenarnya intinya adalah dengan menggunakan multimedia (visual) dapat membantu anak dalam proses belajarnya. Karena dengan menerapkan kedua model (visual dan verbal) dalam proses belajar dapat meningkatkan kapasitas kognitif yang efektif pada anak. Sehingga dapat mempermudah anak dalam proses belajarnya dan dapat meningkatkan prestasi anak.