Judul
Jurnal: Prinsip-Prinsip Kognitif Pembelajaran Multimedia: Peran Modality dan Contiguity
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Oleh:
Fatimah Saguni
(Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Palu)
(Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Palu)
Buka jurnal klik disini.
Jurnal
ini membahas bagaimana teknologi informasi dapat digunakan sebagai salah satu
bagian dari teknologi pendidikan yang mendukung proses pembelajaran. Multimedia
memberikan kesempatan untuk belajar tidak hanya dari satu sumber belajar
seperti guru, tetapi memberikan kesempatan kepada subjek mengembangkan kognitif
dengan lebih baik, kreatif dan inovatif. Hal ini salah satunya karena informasi
disajikan dalam dua atau lebih bentuk seperti dalam bentuk gambar dan kata-kata
sehingga subjek dapat memadukan berbagai informasi dari tampilan lisan dan
tulisan. Jadi subjek dapat memadukan informasi verbal yang disajikan secara
visual dan informasi verbal yang disajikan secara audio. Lalu proses belajar
dengan multimedia ini juga dikaitkan dengan memori. Karena masalah belajar itu
sendiri tidak terlepas dari masalah memori. Memori dan konsep belajar saling
berkaitan erat karena menghasilkan keluaran yang berupa hasil belajar. Hasil
belajar tersimpan dan dipelihara dalam memori agar kelak dapat digunakan
kembali. (Hulse, dkk., 1975). Ellis (1978) mengemukakan bahwa memori mengacu pada penyimpanan informasi, mengakses
informasi yang pernah diterima. Pada dasarnya memori mencakup proses encoding
(penyandian), storage (penyimpanan), dan retrieval (memanggil
kembali) (Ellis, 1978). Jadi memori berkaitan dengan penerimaan informasi,
penyimpanan informasi, sampai pemanggilan kembali informasi yang disimpan. Atkinson
dan Shiffri membagi memori menjadi 3 tempat penyimpanan, yaitu sensory
memory (memori sensori), short term memory (memori jangka
pendek), dan long term memory (memori jangka panjang). Ketiga macam
memori tersebut saling berkaitan erat, informasi tertentu diteruskan kedalam memori jangka pendek (STM) dan sebagian
informasi akan hilang, hingga akhirnya melalui seleksi informasi diteruskan kedalam
memori jangka panjang dan yang tidak diteruskan akan dilupakan (Irwanto, dkk.,
1994).
Kapasitas
untuk mengingat stimulus yang masuk secara visual, seperti gambar-gambar dan semacamnya,
dengan kejelasan yang luar biasa dikenal sebagai photographic memory atau eidetic
imagery. Baik dalam ingatan audio maupun visual, rangsangan-rangsangan
yang masuk diproses secara asimetri di otak.
Kelupaan
yang terjadi di STM berhubungan erat dengan faktor storage dan retrieval. Teori decay mengungkapkan bahwa informasi akan hilang apabila informasi
tersebut tidak pernah digunakan. Informasi yang disimpan dalam memori jangka
panjang bersifat permanen, tetapi bukan berarti bahwa kelupaan tidak pernah
terjadi. Kegagalan untuk mengingat informasi yang disimpan memungkinkan untuk
terjadi karena tidak adanya petunjuk yang tepat atau efektif. Kelupaan dapat
pula diminimalkan dengan cara menggunakan mnemonic, yaitu strategi mengorganisasikan informasi secara visual
atau verbal (Solso, 1998). Retensi atau bertahannya materi yang dipelajari
sehingga tidak mudah dilupakan dapat pula dilakukan dengan pengulangan materi
yang dipelajari berulang kali, penggunaan tabel, diagram, dan gambar-gambar
dapat pula membantu agar materi tidak cepat terlupakan (Solso, 1998).
Para
ahli kognitif telah banyak mengkaji peranan kemampuan pemrosesan informasi
sederhana yang menjadi perantara atau variabel perbedaan individual dalam proses
kognisi yang kompleks seperti pemahaman, penalaran dan pencapaian prestasi
akademik. Proses belajar akademik pada dasarnya berlangsung pada sebagian besar
aspek kognitif manusia. Working
memory memiliki sistem tersendiri untuk mengolah informasi visual dan
informasi audio. Teori kognitif tentang working memory menyatakan bahwa berdasarkan
prinsip modality, terutama dalam proses belajar dengan menggunakan multimedia,
kata-kata yang digunakan perlu disajikan dalam bentuk narasi audio bukan secara
visual berupa teks pada layar. Alasannya, dalam proses memori jangka pendek,
presentasi bersifat audio lebih mudah diingat daripada presentasi visual. Dikatakan pula dalam jurnal ini, informasi
yang diberikan dalam bentuk kata-kata akan diterima dalam bentuk verbal, sedangkan
informasi yang diterima dalam bentuk gambar akan diterima atau disimpan dalam
bentuk visual. Berdasarkan teori Paivio (1991, dalam Solso, 1998) tersebut
penerima informasi akan mendapatkan gambaran yang lebih baik jika kedua bentuk informasi
(verbal dan visual) diterima, karena dengan demikian penerima informasi akan
dapat mempertemukan informasi yang sama dalam bentuk yang berbeda dalam memori.
Ada 3 proses yang berlangsung saat seseorang
menerima 2 bentuk informasi dalam waktu yang sama, yaitu: 1) membuat gambaran
verbal serta kesesuaian dengan informasi verbal yang diterima; 2) membuat
gambaran visual serta kesesuaian dengan informasi visual yang
diterima;
dan 3) membuat kesesuaian hubungan antara gambaran visual dengan gambaran
verbal yang sudah diterima. Jadi dalam jurnal ini sebenarnya intinya adalah
dengan menggunakan multimedia (visual) dapat membantu anak dalam proses
belajarnya. Karena dengan menerapkan kedua model (visual dan verbal) dalam
proses belajar dapat meningkatkan kapasitas kognitif yang efektif pada anak. Sehingga
dapat mempermudah anak dalam proses belajarnya dan dapat meningkatkan prestasi
anak.
terima kasih :)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus