Fungsi
|
Contoh
|
Sebagai
kerangka riset
|
Untuk
fungsi yang ini, karena dikatakan terkait dengan adanya teori yang bisa
diuji, saya mengambil pengalaman saat micro teaching dulu. Dimana dulu saat
belum terjun ke lapangan, harus dibekali terlebih dahulu dengan
teori-teorinya. Lalu ditentukan apa yang ingin dilakukan agar bisa sesuai
dengan teori. Lalu teori di uji di lapangan.
|
Memberikan
kerangka organisasi untuk item-item informasi
|
Saya
sangat menyukai photography. Dalam proses belajarnya, ketika saya diajarkan bagaimana
teknik-teknik dalam pengambilan gambar yang bagus, saya mulai mengingatnya teknik-teknik
itu satu persatu. Sehingga pada akhirnya menjadi informasi yang utuh. Dimana saya
sekarang, sudah mengerti, kalau malam hari bagusnya memakai teknik yang seperti apa, kalau objek yang
mau difoto bergerak apa yang harus dilakukan, dll.
|
Mengidentifikasi
sifat dari peristiwa yang kompleks
|
Dulu
saya ingat sekali suka bingung mengapa pelangi itu sering muncul saat setelah
hujan. Sampai akhirnya saya mempercayai bahwa setiap hujan, pelangi pasti
akan kelihatan. Namun ternyata tidak selalu akan muncul. Saya merasa ini aneh
karena terkadang muncul, terkadang tidak. Namun seiring berkembangnya
kognitif saya dan karena sudah adanya pengetahuan tentang bagaimana
terjadinya pelangi sebenarnya, pikiran saya menjadi lebih logis.
|
Mereorganisasi
pengalaman sebelumnya
|
Dulu
saya memiliki tetangga yang autis, dia selalu menakuti dan mengganggu saya. Sehingga
jadinya, jika bertemu dengan anak autis pasti saya langsung menghindar. Namun
setelah belajar di psikologi, saya mendapatkan pencerahan. Tidak semua anak
autis itu menakutkan dan mengganggu. Sekarang, prinsip saya yang mengatakan
kalau anak autis itu menakutkan dan sangat mengganggu sudah diperbaharui
dengan ilmu-ilmu psikologi yang lebih baik. Sehingga sekarang jika dihadapkan
dengan situasi yang sama, saya tidak akan menghindar lagi.
|
Bertindak
sebagai penjelasan kerja dari peristiwa
|
Dulu
saya pernah hampir kecelakaan di depan sekolah karena ada pengendara sepeda
motor yang kebut-kebutan dan tidak melihat bahwa saya mau menyebrang. Hampir
sekali saya tertabrak. Sehingga ini menjadi pukulan tersendiri di kehidupan
saya selanjutnya. Ketika sedang menyebrang sekarang, pasti suka ada perasaan
takut. Bahkan ketika ada mobil yang sebenarnya masih jauh saya bisa tidak
jadi menyebrang dan kembali mundur ke pinggir jalan. Perilaku ini dapat dijelaskan karena trauma
kecil yang pernah saya alami itu.
|
Perspektif
Behavioris
Perspektif behavioris jika dikatikan
dengan tabel di atas termasuk ke dalam fungsi yang bertindak
sebagai penjelasan kerja dari peristiwa. Mengapa? Karena perspektif behavioris
itu sendiri memfokuskan penataan konsekuensi untuk perilaku pemelajar itu
sendiri. Jadi sebuah tindakan itu terjadi karena adanya konsekuensi atau
penyebab dari peristiswa. Seperti dalam contoh saya diatas, saya menjadi takut
menyebrang itu dikarenakan adanya peristiwa yang dulunya tidak menyenangkan
sehingga terbentuklah refleks(perilaku) tertentu dalam menghadapi peristiwa
yang sama. Dari contoh ini sendiri sebenarnya sudah merupakan contoh dari
teorinya Thorndike mengenaik koneksionismenya karena ada koneksi refleks antara
kejadian yang lalu dengan perilaku saya yang sekarang terhadap peristiwa yang
sama.
Perspektif Kognitif
Dalam
perspektif kognitif, yang ada pada fungsi umum teori belajar sebagai kerangka
riset juga memiliki hubungan. Dimana, dalam perspektif ini terdapat
perkembangan kognitif dan model motivasional yang membuat kita untuk
memungkinkan menguji prinsip/teori yang ada. seperti dalam contoh micro
teaching, dengan adanya teori dan motivasi untuk menguji teori itu dilapangan,
akhirnya terjalanlah kerangka riset itu.
Perspektif Interaksionis
Didalam perspketif interaksionis, funsi umum belajar sebagai
memberikan
kerangka organisasi untuk item-item informasi dan mereorganisasi pengalaman
sebelumnya termasuk ke perspektif ini. Karena dalam teori Gagne dan Bandura memiliki
kaitan dengan konteks sosial. Dimana item-item informasi yang ada tersebut
saling berinteraksi satu sama lain sehingga menjadi kesatuan informasi yang
utuh. Seperti halnya pada contoh saya, dalam proses belajar photography, saya mulai
mengingat informasi-informasi yang satu dengan yang lain. Dan terjadi lah
interaksi dari semua kerangka item informasi tadi di pikiran saya menjadi informasi
yang utuh. Dimana saya sekarang, sudah mengerti, kalau malam hari bagusnya
memakai teknik yang seperti apa
Teori Perkembangan Interaksionis
Kalau dalam teori perkembangan
interaksionis jika di dalam fungsi umum teori belajar sebagai mengidentifikasi
sifat dari peristiwa yang kompleks memiliki hubungan dengan perspektif kognitif
ini. Seperti pada tokoh Piaget, anak biasanya memiliki eksplanasi kontradiktif
terhadap kejadian-kejadi kompleks ataupun tidak logis. Piaget menyebutkan,
pernyataan anak yang alamiah merupaka salah satu tahap penting dalam
perkembangan pemikiran logika anak-anak. Dan seiring dengan pertumbuhan
kognitif mereka, pikiran mereka akan menjadi lebih logis. Sama sepertinya
halnya contoh saya tentang pemikiran saya tentang pelangi tersebut. Awalnya merupakan
pemikiran yang tidak logis, namun ada proses belajar di sana yang akhirnya
dengan seiring berkembangnya kognitif saya, pemikiran saya tentang pelangi itu
pun menjadi lebih logis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar