Melva Safira (10-036)
Qurratu Aini Risa (10-067)
Aprilia Windy S (10-088)
Film Kinky Boots ini
menceritakan mengenai suatu pabrik sepatu yang sudah ada dari generasi ke
generasi tiba-tiba harus dihadapi dengan kebangkrutan yang sudah di depan mata ketika
pemiliki pabrik tersebut meninggal dunia. Pemilik pabrik ini memiliki seorang
anak bernama Charlie yang tidak begitu memiliki keinginan untuk meneruskan
usaha pabrik sepatu ayahnya tersebut, pada awalnya. Dikarenakan pabrik tersebut
terus mengalami kemunduran, Charlie terpaksa memecat 15 karyawannya. Pengalaman
tersebut sangatlah membuat dia menjadi merasa tidak enak dan tidak nyaman. Namun
saat proses pemecatan, ada seorang karyawan perempuan berkata untuk mencari
pasaran tertentu dan mengubah sepatu yang mereka produksi selama ini. Charlie
waktu itu tidak terlalu mengindahkannya. Namun suatu kejadian membawa dia ke
dunia waria yang glamour. Dia bertemu dengan Lola, sang ratu banci. Tentu saja Lola
memakai gaun, make up dan pastinya stiletto yang biasa dipakai wanita. Charlie
kemudian mendapatkan inspirasi untuk membuat sepatu untuk para waria, karena
sepatu untuk wanita tentu saja tidak cocok untuk menopang berat badan pria,
sehingga cepat rusak.
Pada akhirnya dia bekerja sama
dengan Lola dan karyawan lainnya untuk membuat sepatu khusus waria yang bisa
menopang berat badan seorang pria dengan menggunakan bahan besi sebagai hak
dari sepatu yang mereka buat. Namun tetap di desain menjadi hak yang tipis dan
tinggi. Berbagai tantangan dan proses yang melelahkan fisik dan mental terjadi
untuk menghasilkan sepatu yang sesuai. Semua yang dilakukan oleh Charlie ini
karena dia ingin menyelamatkan pabrik sepatu tersebut dan khususnya karena dia
tidak menyukai untuk memecat karyawan. Sehingga dia rela untuk bekerja keras
agar bisa menyelamatkan pabrik tersebut.
Analisis:
Charlie pada awalnya tidak bisa
melihat pemecahan masalah atau solusi yang harus dia kerjakan untuk dapat
menyelematkan pabrik sepatu keluarganya. Hingga satu karyawan yang berkata pedas
mengatakan bahwa pabrik tersebut hendaknya memproduksi sepatu untuk pasaran
tertentu. Dan tanpa sengaja bertemu Lola sang waria. Dan memutuskan untuk membuat
sepatu untuk kaum mereka.
Di dalam teori Gestalt terdapat asumsi
dasar perspektif Gestalt yang mengatakan bahwa "Individu memahami aspek
dari lingkungan sebagai organisasi stimuli dan merespon berdasarkan persepsi”.
Jadi menurut teori Gestalt, belajar berkaitan dengan persepsi kita terhadap
sesuatu. Ketika Charlie melihat Lola kesulitan memakai sepatunya(stimuli),
Charlie berpersepsi bahwa sepatu yang dipakai oleh Lola tidak cocok untuk kaki
laki-laki seperti Lola. Dan tidak kuat untuk menahan berat badan Lola karena sepatu
yang dipakainya memang dirancang untuk wanita, bukan pria yang berbobot besar
dan berotot seperti Lola.
Kemudian sesuai dengan teori
stimulus respon yang dikemukakan Thorndike, suatu stimulus, respon dan situasi
bisa saling kuat koneksinya jika berada pada saat yang tepat. Ketika Charlie
melihat masalah pada sepatu yang dipakai Lola, dia kemudian mendapatkan
inspirasi untuk membuat sepatu yang cocok digunakan Lola dan kaum waria
lainnya, itulah respon yang dia berikan dan semakin diperkuat oleh situasi
pabrik ayahnya yang mengalami kebangkrutan, maka semakin kuatlah respon yang ditimbulkannya
tersebut.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus