Minggu, 16 September 2012

Kondisi Belajar Robert Gagné


Nadya Putri Delwis (10-024)
Melva Safira (10-036) 
Qurratu Aini Risa (10-067) 
Aprilia Windy S (10-088) 

Belajar menurut Gagne adalah keterampilan, apresiasi, dan penalaran manusia dengan semua variasinya dan juga harapan, aspirasi, sikap dan nilai-nilai manusia umumnya perkembangannya bergantung pada peristiwa. Jadi, manusia melakukan banyak kegiatan yang beragam itu merupakan hasil dari belajar. Elemen penting dalam analisis Gagne adalah kaitan belajar dengan perkembangan, serta kompleksitas belajar pada manusia. Asumsi dasar kondisi belajar Gagne adalah
1.      Belajar dan pertumbuhan tidak boleh disamakan satu sama lain
2.      Belajar adalah faktor kausal penting dalam perkembangan individual
3.      Banyak hasil belajar manusia digeneralisasikan ke berbagai macam situasi
4.      Belajar manusia adalah kumulatif, belajar keterampilan yg kompleks didasarkan pada belajar sebelumnya.
5.      Belajar bukan proses tunggal.
Komponen belajar
Menurut Gagne terdapat 3 komponen belajar, yakni:
a.       Sistem untuk menjelaskan diversitas kapabilitas manusia
b.      Proses pemerolehan kapabilitas
c.       Langkah-langkah dalam pembelajaran yang mendukung setiap langkah dalam belajar.
Criteria untuk mengidentifikasi variasi belajar menurut Gagne adalah
1.      Dapat merepresentasikan kelompok formal dan unik dari kinerja manusia yang terjadi melalui belajar
2.      Mampu mengaplikasikan berbagai macam aktivitas manusia
3.      Membutuhkan perlakuan pembelajaran yang berbeda, prasyarat yang berbeda dan persyaratan pemprosesan internal yang berbeda.
Macam-macam belajar
Macam-macam belajar menurut Gagne ada 5, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap dan strategi kognitif.  5 variasi ini merepresentasikan hasil belajar.  Kelima ini merupakan kapabilitas sebab yang memungkinkan untuk membuat prediksi berbagai macam contoh kinerja oleh pemelajar.
Hasil belajar kognitif menurut Gange ada 3. Yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual serta strategi kognitif. Informasi verbal mengacu pada akuisi label, faktam memilih teks yang terkoneksi secara bermakna, dan mengorganisasikan bagian-bagian informasi. Sedangkan keterampilan intelektual adalah merespons situasi yang berbeda dengan memanipulasi symbol seperti angka, rumus dan kata. Dan strategi kognitif maksudnya bagaimana strategi dari proses pemikiran pemelajar itu sendiri. Strategi kognitif membantu siswa mengelola belajar mereka serta ingatan dan pemikiran mereka.
Keterampilan motorik dan sikap
Keterampilan motorik
Ketrampilan motorik digunakan untuk mengekspresikan aau mendemonstrasikan keterampilan intelekutual. Misalnya, untuk menjawab soal 2+3, jawaban harus ditulis dei kertas dengan pulpen, yang berarti menggunakan keterampilan motorik. Dalam belajar keterampilan motorik ada tiga fase, yaitu, belajar tahapan gerakan dalam keterampilan, menyesuaikan bagian-bagian gerakan dengan latihan, dan memperbaiki waktu serta kelancaran kinerja dengan latihan terus-menerus.
Sikap
Sikap berbeda dalam ragam belajar lainnya pada tiga hal. (1) Sikap mempengaruhi prilaku secara kurang langsung, karena sikap hanya mengatur dan mempengaruhi tindakan. Sikap menyebabkan kemungkinan dikerjakannya sebuah tindakan atau tidak.  (2) Untuk membentuk sikap tidak dapat dilakukan dengan hanya ajakan persuasif atau ajakan emosional saja, yang biasanya akan efektif untuk pembelajarann kategori apapun (3) Sikap terdiri dari tiga aspek, kognitif, afektif, behavioral.
Kondisi belajar internal
Prasyarat internal
Dua tipe keadaan internal yang diperlukan untuk belajar adalah prasyarat esensial dan pendukung. Prasayarat pendukung adalah kemampuan yang menjadi fasilitas belajar dalam lima ragam belajar. Sikap adalah salah satu contohnya. Misalnya untuk membentuk sikap percaya diri,kita melihat model yang kita sukai. Prasyarat pendukung adalah model yang dianggap kredibel oleh pengamat. Sedangkan prasyarat esensial adalah keterampilan yang menjadi bagian penting dalam pelajaran baru yang lebih kompleks, sehingga membantu proses pembelajaran tersebut.
Konsep pemrosesan kognitif
Gagne mengaplikasikan konsep pemrosesan kognitif, yaitu ingatan jangka pnjang, pendek dan skema untuk analisis belajarnya. Ada Sembilan tahapan belajar yang dapat membantu prose belajar dan harus dilakukan denga urut, yaitu:
1.      Memerhatikan
2.      Harapan
3.      Pengambilan kembali informasi untuk dibawa ke ingatan kerja
4.      Persepsi selektif terhadap stimulus
5.      Pengkodean semantic
6.      Pengambilan kembali dan respon
7.      Penguatan
8.      Pengambilan petunjuk
9.      Kemampuan generalisasi
Hakikat belajar yang kompleks
Analisis belajar Gagne mancakup dua organisasi kapabilitas yang merepresentasikan belajar yang kompleks, yaitu:
1.      Prosedur
Prosedur adalah serangkaian tindakan yang dilakukan langkah demi langkah. Untuk mencapai kemampuan tertentu harus bisa mengkoordinasikan antara keterampilan motorik dan intelektual serta mampu menyerap urutan melakukannya.
2.      Hierarki belajar
Hierarki belajar menurut Gagne adalah seperangkat kapabilitas intelektual tertentu yang memiliki kaitan berurutan satu sama lain. Ada 4 kategori keterampilan intelektual terdiri dari kapabilitas diskret: belajar diskriminasi, belajar konsep, belajar aturan, dan belajar kaidah yang lebih tinggi. Mengkonstruksi hierarki belajar dimulai dengan menanyakan tujuan akhir, lalu menanyakan apa yang akan dilakukan untuk mencapainya, dan pertanyaan ini terus diulang untuk tiap keterampian yang telah teridentifikasi.
Prinsip Pembelajaran
Robert Gagne memberi kerangka pada analisa kondisi belajar yang mempengaruhi belajar manusia dari perspektif pengidentifikasian faktor-faktor yang dapat memeberi perbedaan dalam pembelajaran. Akibatnya peralihan dari prinsip belajar secara teoritis kedalam prinsip pembelajaran tidak membutuhkan penerjemahan.
Asumsi dasar : belajar dapat terjadi baik karena ada ataupun tidak adanya kegiatan pembelajaran. Akan tetapi, masing-masing tahapan belajar yang diidentifikasikan oleh Gagne mungkin dipengaruhi oleh kejadian di luar diri si pemelajar. Ketika dirancang dengan cermat untuk mendukung belajar, maka kegiatan eksternal itu dinamakan kegiatan pembelajaran. Kegiatan eksternal ini tidak tidak menimbulkan aktifitas belajar mereka hanya dapat mendukung pemrosesan internal pembelajar.
Komponen pembelajaran
            Berbagai macam kapabilitas dan persyaratan belajar yang berbeda dikombinasikan oleh Gagne kedalam teori pembelajaran. Penopang teori adalah lima variasi belajar. Mereka berfungsi sebagai kerangka acuan untuk mengidentifikasikan kapabilitas yang merupakan hasil dari pelajaran tertentu.
  1. Mendesain tujuan kerja
Fungsi tujuan kinerja adalah sebagai pernyataan yang tegas tentang kapabilitas yang akan dipelajari. Istilah seperti memahami, mengerti dan mengapresiasi harus diganti dengan istilah yang lebih tepat yang secara jelas mengomunikasikan keterampilan atau sikap yang hendak dipelajari.
  1. Memilih kegiatan instruksional
Gagne mengindentifikasikan sembilan peristiwa pembelajaran untuk dipakai sebagai pedoman perencanaan pembelajaran. Fungsi mereka adalah untuk mendukung proses kognitif pemelajar selama belajar.

            Selanjutnya untuk mempersipkan siswa untuk taraf belajar yang baru, pembelajaran harus bisa menggugah ingatan siswa terhadap prasyarat yang penting . informasi, konsep, dan aturan yang relevan seperti bagaimana tanaman memperoleh makanan. Namun, guru menghadapi permasalahan khusus dalam pembelajaran untuk seluruh kelas. Metode yang umum adalah bertanya pada seluruh kelas dan meminta satu siswa untuk menjawabnya.
Pemerolehan dan Kinerja
            Kegiatan inti dari pembelajaran adalah menyajikan stimulus tertentu, menyediakan pedoman belajar, memunculkan kinerja, dan memberikan tanggapan ataupun umpan balik. Untuk menentukan keefektifitasan pengkodean, guru sebaiknya meminta siswa menunjukkan ekmampuan barunya. Kemudian diberikan tanggapan yang mengindikasikan apakah itu korekasi yang diperlukan atau penguatan dengan mengonfirmasikan bahwa tujuan sudah tercapai.
Peran Penemuan Terbimbing
            Tujuan dalam belajar aturan adalah siswa dapat merespon seluruh kelompok situasi dengan sekelompok kinerja yang merefleksikan kaitan khusus dengan situasi stimulus. Untuk memastikan pemelajar sudah benar-benar telah menguasai aturan yang dapat digeneralisasikan, dan bukan hanya pernyataan verbal, pembelajaran yang efektif tidak dapat diandalkan hanya pada upaya memberitahu aturan kepada pelajar.
Retrival dan Transfer
            Bagian akhir dari pembelajaran adalah memberikan asesmen atas belajar hal yang baru dan diikuti dengan petunjuk tambahan tentang retrieval dan transfer. Untuk asesmen, situasi baru atau contoh harus diberikan kepada siswa untuk memastikan bahwa belajar mereka tidak terbatas pada contoh yang sudah diperkenalkan dalam kegiatan pembelajaran inti.Pembelajaran kemudian diakhiri dengan stimuli yang secara khusus didesain untuk memperkuat retensi dan transfer.
Peran Media dalam Pembelajaran
            Istilah “media” biasanya membuat kita berpikir tentang pembelajaran yang dibantu dengan komputer, televisi pembelajaran, rekaman CD dan sistem penyampaian mekanis lainnya.
Pendekatan khas untuk seleksi media adalah memilih bentuk media dan kemudian merancang pembelajaran. Namun cara ini kurang efisien, karena dua hal, pertama riset tentang pemanfaatan media mengidentifikasikan bahwa tidak ada satu medium yang secara universal lebih unggul dibandingkan medium lainnya untuk setiap tipe pembelajaran.
Kedua, pemilihan media secara arbitrer dapat menyebabkan pengabaian kegiatan pembelajaran penting.
Merancangan Pembalajaran untuk Keterampilan yang Kompleks
Mendifinisikan sikap kapabilitas yang akan dipelajari dalam bentuk tujuan kinerja dan memilih kegiatan pembelajaran yang tepat adalah dasar rancangan pembelajaran.
Rancangan Pembelajaran untuk Hierarki Belajar
           
Bagian dalam bab tentang hakikat belajar kompleks ini membahas analisis tugas belajar, metode menyusun hierarki belajar. Pertanyaan tentang “keterampilan sederhana apa yang penting untuk keterampilan saat ini,” diaplikasikan pertama kali ke hampir semua keterampilan kompleks yang akan diajarkan, dan kemudian ke keterampilan lain yang teridentifikasi.

Analisis Tugas Kognitif

Hierarki belajar adalah seperangkat keterampilan intelektual di mana mempelajari kapabilitas yang lebih tinggi, seperti menyederhanakan bilangan pecahan, bergantung pada penguasaan keterampilan prasyarat. Hierarki belajar, dengan kata lain, adalah seperangkat kapabilitas yang dapat diamati langsung.
            Analisis tugas kognitif, yang adalah perluasan dari analisis tugas tradisional, digunakan untuk menangani analisis proses mental, pengetahuan dan tujuan, serta keputusan yang mendasari berbagai tindakan yang dapat diamati.
Langkah dalam menganalisis tugas kognitif :
  • Mengumpulkan informasi awal
  • Mengidentifikasi representasi pengetahuan
  • Mengimplementasikan teknik untuk memunculkan pengetahuan
  • Menganalisis dan memverifikasi data
  • Memformat hasil untuk digunakan

Proses Kognitif dan Pembelajaran
            Transfer Belajar. Pertama, Gagne mendeskripsikan prasyarat untuk masing-masing dari lima variasi belajar. Kedua, prasyarat esensial di dalam keterampilan intelektual membantu transfer melalui dua cara : memberi kontribusi pada upaya mempelajari keterampilan urutan yang lebih tinggi dan menggenaralisasikan ke situasi lain.
            Keterampilan “Bagaimana Cara Belajar” keterampilan ini adalah cara yang dipakai siswa untuk mengelola belajarnya, mengingat dan berpikir.
            Pengajaran Pemecahan Masalah tercakup di dalam keterampilan intelektual, dimana pemelajar menciptakan solusi yang membutuhkan rekombinasi dari aturan yang sudah dipelajari sebelumnya.
            Implikasi untuk Asesmen
kapabilitas itu adalah informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Mereka dapat berperan dalam mengembangkan  asesmen melalui tiga cara : (a) prates pada kapabilitas esensial yan akan dipelajari selama pembelajaran (b) pascates pada akhir pembelajaran untuk mengetahui apakah belajaranya sudah sukses (c) selama pengajaran, sebagai asesmen informal.
            Konteks Sosial untuk Belajar.
Metode yang difokuskan pada rancangan sistem pembelajaran ketimbang pada pengembangan model pembelajaran. Perbedaan antara keduanya adalah, model pembelajaran meletakkan guru atau individu pada peran pelaku sedangkan sistem pembelajaran, sering mencakup seperangkat materi dan aktivitas yang dengannya langkah dan manajemen pembelajaran berada pada diri pemelajar.
            Model Perancangan Sistem
Dicirikan oleh tiga ciri utama :
  • Pembelajaran dirancang untuk tujuan dan sasaran spesifik
  • Pengembangan pembelajaran menggunakan media dan teknologi pembelajaran lain.
  • Uji coba, revisi material, dan pengujian lapangan atas material bagian integral dari proses perancangan.
Merancang Pelajaran :
Langkah 1 : Menulis atau memilih tujuan kinerja
Langkah 2 : Memilih kegiatan pembelajaran untuk masing-masing tujuan kinerja
Langkah 3 : Memilih media untuk kegiatan pembelajaran
Langkah 4 : Mengembangkan tes untuk tujuan
Kelemahan
Gagne mengembangkan teori kondisi belajar untuk menjelaskan berbagai macam proses psikologi yang terlihat didalam riset tentang belajar sebelmnya dan untuk menspesifikasi dengan tepat urutan kegiatan pembelajaran untuk proses yang teridentifikasi. Jadi teori ini lebih mudah untuk tim perancang kurikulum ketimbang untuk dipakai guru dikelas.
Kontribusi untuk Praktik di kelas
Kontribusi paling terkenal dari teori ini ia mengoperasionalisasikan konsep belajar kumulatif dan memberikan mekanisme untuk merancang pembelajaran dari yang sederhana sampai yang kompleks.

Hasil Diskusi Analisis Kelompok

Nadya Putri Delis (10-024)
Melva Safira (10-036)
Qurratu Aini Risa (10-067)
Aprillia Windy S (10-088)

Hasil diskusi kelompok:


Berdasarkan hasil diskusi bersama, kami menyimpulkan bahwa belajar itu bukan hanya dari sekolah tapi bisa dari kehidupan sehari-hari. Dari pengalaman sehari-hari kita bisa belajar untuk merespon suatu objek atau kejadian yang kita hadapi.  Jadi, proses belajar itu sendiri bisa kita dapat kapan saja, dan dimana saja. Tergantung bagaimana kita memahami dan menyadari hal itu sebagai pembelajaran atau tidak.
Berdasarkan teori belajar awal yang dikemukakan oleh Watson, reaksi positif atau negative kita yang diasosiasikan dengan suatu objek atau kejadian, akan membentuk respon seorang individu. Yang dapat dipelajari dari sini untuk lingkup pendidikan terutama di sekolah, bahwa dalam belajar kita harus menciptakan perasaan nyaman dan senang agar kita dapat menyerap pelajaran dengan mudah. Selain itu dari teori ini juga bisa dikatakan proses belajar itu bisa kita modifikasi sesuka hati kita, kita ingin belajar mengenai suatu objek, walaupun kita tidak suka, kita bisa mengasosiasikannya dengan hal yang menyenangkan sehingga objek tersebut dapat masuk ke pengetahuan kita.
Dalam teori belajar thorndike, beliau mengemukakan istilah koneksionisme. Dimana proses belajar yang kita dapat itu sebenarnya memiliki koneksi antara stimulus yang ada dengan reaksi mandiri atau reaksi reflek kita. Lalu beliau juga mengemukakan hokum efek,latihan dan kesiapan. Proses belajar bisa didapat dari suatu kejadian. Misalnya jika dalam hukum efek, suatu kedaan yang memuaskan setelah respon akan memperkuat perilaku yang tepat untuk sebuah situasi, begitu juga sebaliknya. Disini jelas telah terjadi proses belajar yang dikarenakan suatu efek dari kejadian tertentu.
Pada intinya, belajar itu interaksi antara lingkungan, stimulus dan respon yang memberikan pengetahuan yang dapat membantu kita dalam memecahkan masalah.


Analisa Pengalaman Pribadi


Pengalaman:
Dulu saat SMA, terdapat acara konser pentas seni (pensi) yang diselenggarakan oleh sekolah saya. Pada awalnya saya merespon acara konser ini dengan senang dan semangat. Namun seiring berjalannya konser, situasi di sekitar saya sangat riuh dan kacau seperti keadaan yang desak-desakan, pengunjung juga saling tolak-tolakan saat mengikuti band yang sedang bernyanyi, asap rokok juga mengepul pekat sehingga membuat saya susah bernafas, lalu juga disamping saya terdapat orang yang saling bertengkar entah karena apa, dan juga puncaknya ketika seseorang menjatuhkan minuman ke sepatu saya sehingga menjadi basah dan lengket. Keadaan yang sangat kacau ini akhirnya membuat saya tidak tahan dan akhirnya segera keluar dari ruangan tersebut.  Dada yang sesak dan perasaan yang sangat tidak puas membuat saya tidak mau kembali masuk lagi ke dalam acara tersebut. Dan akibatnya dari peristiwa ini, ketika ada teman yang mengajak saya nonton konser, pikiran saya langsung terkoneksi dengan kejadian tersebut dan akhirnya saya tidak mau lagi menonton konser seperti itu lagi.

Pembahasan dengan teori:
-Koneksionisme dan hukum efek Thorndike
Thorndike sangat tertarik dengan proses mental dan perilaku mandiri(refleks).  Beliau melakukan penelitian dengan seekor burung yang sedang lapar di masukkan dalam sangkar lalu di luar sangkar diberikan makanan, sehingga tugas burung tersebut adalah bagaimana caranya ia membuka sangkar guna mendapatkan makanan. Rasa lapar si burung membuatnya memiliki perilaku mandiri atau refleks dari stimulus yang diberikan (makanan). Dan hal ini dikenal dengan nama koneksionisme karena burung membangun koneksi antara stimulus dengan perilaku mandiri.
Sama hal nya dengan pengalaman saya, stimulus yang ada(suasana kacau, tolak-tolakan, asap rokok,dsb) membangun koneksi dengan perilaku mandiri(refleks)saya. Keluar dari ruangan tersebut merupakan perilaku mandiri saya.  Jika berdasarkan hukum efek Thorndike, yaitu “keadaan yang kurang memuaskan setelah respon akan memperlemah perilaku untuk sebuah situasi”, hal ini juga terjadi pada diri saya. Dimana keadaan yang tidak memuaskan di konser tersebut membuat saya akhirnya tidak mau lagi pergi ke konser, atau setidaknya ketika mendengar kata konser, pikiran saya jadi negative (memperlemah perilaku terhadap situasi).

Senin, 10 September 2012

Teori-teori Belajar Awal


·      Anggota kelompok: 
   Nadya Putri Delwis (10-024)
   Melva Safira (10-036) 
   Qurratu Aini (10-067)  
   Aprilia Windy S (10-088) 

     Ivan Pavlov----Pengkondisian Klasik
Ivan Pavlov melakukan salah satu ekperimen laboratorium pada anjing. Fokus utama Pavlov dalam risetnya ini merupakan refleks. Dimana refleks merupakan proses dimana kejadian atau stimuli dapat memicu respon. Pavlov menggunakan anjing dalam penelitiannya ini, Dan pada akhirnya ia menemukan cara untuk mengontrol perilaku munculnya air liur anjing tersebut.
Dalam penelitian ini, terdapat 3 tahap. Yang pertama adalah tahap pra-ekperimental atau tahap alamiah. Dimana Pavlov menyebutkan stimulus pada tahap alamiah ini sebagai UCS (unconditioned Stimulus) serta respon refleksnya sebagai UCR (Unconditioned Response).  Sebagai contoh, ketika terdapat makanan (UCS), anjing refleks mengeluarkan air liur (UCR).  Tahap yang kedua tahap percobaan eksperimental, dimana pada tahap ini diberikan stimulus yang dipasangkan pada suatu hal yang sebenarnya tidak berkaitan secara berulang ulang terus. Dan pada tahap ketiga, yaitu tahap pasca ekperimental atau dikondisikan. Misalnya pada tahap kedua tadi diberikan makanan dan suara garpu secara bersamaan, respon yang muncul adalah air liur keluar. Ini dilakukan terus menerus. Sehingga pada tahap ketiga, ketika hanya ada suara garpu (CS= Conditioned Stimulus), air liur anjing tetap keluar (CR=Conditioned Respon/Reflex).
Jadi inti dari ekperimen tersebut adalah melatih refleks untuk merespon stimulus baru membutuhkan pemasangan berulang kali antara stimulus tersebut dan stimulus secara alamiah memunculkan refleks. 

·       Watson----Behaviorisme.
John Watson mengidentifikasi ada tiga reaksi emosional alamiah pada bayi yaitu cinta, takut, dan marah. menurutnya, emosi individu melibatkan pengkondisian dari tiga reaksi emosi tersebut. Watson melakukan eksperimen terhadap Albert, 11 bulan untuk mengkondisikan rasa takutnya terhadap objek yang berbulu halus.
Reaksi positif dan negatif dapat dikondisikan terhadap berbagai objek atau kejadian. Reaksi parental terhadap suatu objek juga dapat mempengaruhi reaksi emosi anak terhadap objek tersebut (suka atau takut). Reaksi emosional juga dapat terjadi dengan satu kali pemasangan stimuli saja. Misalnya ketika seseorang hendak kecelakaan di simpang tiga jalan, sehingga detak jantungnya menjadi cepat, keringat dingin, dan ketika dia melewati simpang tersebut di lain waktu, dia juga mengalami reaksi psikologis yang sama kembali.
Di dalam kelas munculkan suatu yang dapat menimbulkan reaksi positif terhadap suatu tindakan. Misalnya,menempatkan karpet di sudut kelas agar dapat tercipta tempat membaca yang nyaman sehingga menimbulkan reaksi positif terhadap kegiatan membaca tersebut. Guru harus bisa dan pintar untuk menyiapkan strategi-strategi khusus agar anak terhindar dari reaksi negative yang ditimbulkan karena suatu kegiatan. Sehingga tidak ada transfer reaksi emosional yang negative dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya di kelas. 
Walaupun, teori pengkondisian ini sangat sederhana, namun kalau dilihat di dalam kenyataan memang begitulah adanya. Kadang kita tidak menyadari bahwa kita takut dengan ular karena kita pernah melihat reaksi takut orang tua ketika melihat ular. Kita tidak suka dengan sate, karena melihat teman kita muntah setelah dia memakan sate. Hal semacam itu terkadang tidak kita sadari namun ternyata itu merupakan contoh dari teori pengkondisian.
Jadi sebenarnya, teori belajar behaviorisme ini sering sekali terjadi di dalam kehidupan sehari-hari kita. Misalnya dilihat dari hal yang kecil saja seperti ketika orang tua kita sangat menyukai bunga, dorongan positif yang ibu berikan akan memperngaruhi kita untuk juga suka dengan bunga. 

·       Edward Thorndike----- Koneksionisme
Thorndike berbeda dalam dua hal dengan pengkondisian klasik, beliau tertarik dengan proses mental dan  alih-alih meriset reaksi refleks atau tidak sukarela beliau meneliti prilaku mandiri atau sukarela. Thorndike melakukan eksperimen pada hewan dengan meletakkan makanannya di luar sangkar dan tugas hewan tersebut itu adalah membuka tutup sangkar. Eksperimen ini disebut pengkondisian eksperimental dan teorinya disebut koneksionisme karena hewan membangun koneksi antara reaksi mandiri dengan stimuli particular.
Thorndike mengemukakan tiga hukum belajar:
a. hukum efek menyatakan bahwa suatu kedaan yang memuaskan setelah respon akan memperkuat perilaku yang tepat untuk sebuah situasi namun, jika keadaan kurang memuaskan setelah respon akan memperlemah perilaku tersebut untuk sebuah situasi
b.    hukum latihan menyatakan bahwa pengulangan dari pengalaman akan meningkatkan peluang respon yang benar.
c.    hukum kesiapan menyatakan bahwa pelaksanaan tindakan dalam merespon impuls yang kuat adalah memuaskan, sedangkan memaksakannya dalam kondisi yang lain adalah menjengkelkan.
Thorndike menyatakan bahwa stimulus dan respon itu memiliki koneksi satu sama lain.

·       Gestalt
Psikologi Gestalt berpendapat bahwa yang seharusnya diteliti itu perilaku molar bukan molecular. Psikologi gestalt juga berfokus pada persepsi belajar. Gestalt berpendapat bahwa individu harusnya memahami kondisi lingkungannya sebagai sebuah organisasi yang dapat mempengaruhi tindakannya. Dengan pemahaman tersebut  seorang individu mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Sebagai kontribusi dalam studi belajar, Gestalt mengemukakan istilah insight atau pemahaman wawasan. Insight ini didapat dari proses memahami lingkungan dan mencari tahu sehingga menemukan pemecahan suatu masalah. Insight berbeda-beda juga tiap individu tergantung pengalaman indivisu tersebut, misalnya buku yang dibaca oleh orang tersebut, lingkungan tempat dia bergaul dan faktor-faktor lainnya. Dari insight ini seseorang dapat menemukan solusi bagi masalahnya.
Gestalt menyarankan cara pembelajaran untuk memecahkan masalah:
a.    membuat tugas atau masalah dari situasi yang kongkret atau sebenarnya terjadi
b.    selama pemecahan masalah tidak boleh menggunakan prosedur yang sama atau pengulangan
c.   pembelajaran tidak boleh berasal dari masalah yang basi yang bisa diketahui pemecahannya dari hafalan.
Psikologi Gestalt ini sangat menekankan pada bahwa individu memahami aspek dari lingkungan sebagai stimuli dan merespon berdasarkan persepsi tersebut. Dan organisasi atau stimulus dari lingkungan tersebut merupakan proses, dan proses ini yang nantinya mempengaruhi persepsi. Salah satu contohnya seperti ketika kita melihat gambar 2.5, dalam gambar tersebut sebenarnya hanya ada duri duri namun kalau dilihat dalam gambar yang lengkap,akan menimbulkan persepsi kita terhadap gambar trsebut bahwa gambar tersebut sebenarnya berbentuk lingkaran yang dipenuhi duri.
·         Perbandingan antara Behaviorisme dan Teori Gestalt
Berdasarkan aplikasi pendidikan, psikologi behaviorisme mendefenisikan belajar sebagai perubahan perilaku dan mengindentifikasi stimulus dan respon spesifik sebagai fokus riset, sedangkan Gestalt berpendapat bahwa seseorang yang merespon stimulus yang terorganisasi dan persepsi perorangan merupakan faktor penting untuk memecahkan masalah. Dalam asumsi dasar, behaviorisme memandang perilaku harus dapat diamati, belajar merupakan perubahan serta hubungan antara stimulus dgn respon harus dipelajari sedangkan pada pskilogi Gestalt memiliki asumsi bahwa individu bereaksi pada sebuah kesatuan. Kesatuan tersebut memiliki properti baru yang berbeda dari apa yang ada pada elemen tersebut. Dalam eksperimen umum yang dilakukan pula terdapat perbedaann yaitu jika pada behaviorisme melakukan trial dan error serta berfokus pada respon emosional/refleks dan pemasangan stimulus. Sedangkan pada Gestalt, mengorganisasikan kembali dimana subjek ditempatkan pada situasi yang mensyaratkan restrukturisasi bagi solusi/pemecahan masalah.

Kamis, 21 Juni 2012

Evaluasi Kinerja MK.Paedagogi

Tidak terasa yah sudah 1semester saya lalui di perkuliahan pedagogi ini. banyak hal-hal yang menyenangkan yang ditorehkan selama perkuliahan ini berlangsung. Disini saya akan memberikan beberapa kesan, pesan, evaluasi, kritik dan saran untuk bisa menjadi acuan bagi kelas pegaogi kedepannya agar bisa menjadi lebih maju kinerjanya :)

yang pertama,
Kesan:
banyak kesan yang diberikan oleh perkuliahan ini. Dimana saya juga mendapatkan pengalaman baru yang bisa menjadi pengalaman tambahan untuk kemajuan diri saya sendiri. Seperti halnya ketika perkuliahan ini menuntut kami untuk melaksanakan micro teaching. Ini merupakan hal yang sangat baru untuk saya. Sekarang saya jadi lebih mengerti bahwa menjadi guru itu tidak mudah dan banyak hal yang harus diperhatikan sebelum kita bisa memberikan pengajaran. Juga untuk ujian online, ini meruapakan hal baru juga juga untuk saya. Pengalaman ini yang pada awalnya membuat susah sedikit tapi lama kelamaan saya dapat menjalaninya dengan baik.

Pesan:
Kami sadar bahwa kami ini termasuk mahasiswa yang pasif, sehingga perlu untuk lebih diberikan arahan. jadi pesan saya untuk teman-teman, kita harus bisa lebih aktif di kelas agar situasi yang tercipta pun menjadi lebih baik. Dan bagi Bu Dina, saya harapkan bisa lebih sabar menghadapi mahasiswa-mahasiswa seperti kami ini :') dan semoga untuk kedepannya bahan ajar di mata kuliah ini menjadi lebih bervariasi dan lebih menyuguhkan mahasiswanya pengetahuan-pengetahuan baru. Seperti dalam bidang teknologi.

Evaluasi:
Menurut saya, buku yang digunakan sebenarnya bagus. tapi bahasa yang ada dibuku tersebut terkadang rumit untuk dimengerti. sehingga saya sendiri saja masih sulit untuk memahami beberapa bacaan dibuku tersebut. Sehingga saya takut ini membuat saya ataupun teman-teman lain jadi salah paham dengan apa yang dimaksud di buku itu sebenarnya..

Kritik dan Saran:
ada satu permasalahan yang menurut saya perlu untuk ditanggapi. Dimana ketika ada informasi yang selalu disampaikan secara mendadak dipagi hari. Bahkan pernah setelah saya berada dikampus baru diberitahu ntuk membawa laptop. Hal seperti ini terjadi tidak cuma satu kali. ujung-ujungnya bisa mengurangi produktivitas kami di kelas.

Saran:
Ketika ada informasi yang penting, ada baiknya disampaikan beberapa hari sebelumnya atau paling tidak pada malam sebelumnya. dan jangan hanya cuma ada di facebook, karena tidak setiap hari kami membuka facebook. 

Saya rasa itu saja yang bisa saya sampaikan. Kepada Bu Dina saya ucapakan terima kasih banyak dan maaf jika saya pernah ada salah ya Bu :)

Selasa, 15 Mei 2012

Review Micro Teaching

kelompok 5
anggota:
reza yoga pratama (10-027)
melva safira (10-036)
deepraj kaur (10-051)
karin ambarita (10-037)
raja maspin (10-062)
yulian astri (10-071)

  1. Salah satu anggota kelompok kami, Muhammad Fadly, tidak hadir present dasi dan tidak turut aktif dalam pelaksanaan micro teaching karena dia memang sibuk dengan kegiatan organisasi di luar walaupun kami sudah mengkonfirm tugas kepadanya. Untuk masalah memposting tugas pelaksanaan micro teaching, memang kelompok tidak memberi kabar atau mengingatkan untuk memposting karena menurut kelompok bu Dina telah memberitahukan hal tersebut di facebook MK Paedagogi 2012 sehingga menurut kelompok seharusnya Fadly sebagai mahasiswa memiliki kesadaran diri untuk mengerjakan tugas. 

  2. Ketidaksinkronan antara action plan dengan laporan pelaksanaannya adalah: 
    Ada beberapa hal yang tidak sinkron antara Action Plan dengan proses Micro Teaching. Pertama adalah rencana kegiatan. Dalam Action Plan urutan rencana kegiatan, sesudah perkenalan diri adalah bernyayi bersama-sama, tapi dalam hasil akhir, bernyayi merupakan kegiatan yang dilakkan mendekati penghujung acara.
    Kedua, tanggal yang ada di action Plan tidak kongruen dengan tanggal perencanaan. Misalnya tanggal Kegiatan Micro Teaching tidak sesuai dengan action plan. Selain itu kelompok memposting hasil laporan Micro Teaching dengan rentang waktu yang berbeda jauh dengan Action Plan. Jadi, ketidak sesuain antara waktu yang direncanakan tidak sesuai dengan laporan yang dibuat.
  1. Proses pelaksanaan kurang dijabarkan pada laporan kegiatan.
    Berikut penjabaran kegiatan yang dilaksanakan selama micro teaching.
a)      Perkenalan diri
Pada awalnya kelompok memperkenalkan nama masing-masing dan memperkenalkan diri bahwa kelompok berasal dari fakultas psikologi USU. Setelah memperkenalkan diri, lalu karena kelompok memandang dalam satu kelas terdiri dari 18 orang dengan satu fasilitator terlalu besar untuk proses micro teaching, kelompok langsung memecahkan anggota dimana satu fasilitator memfasilitasi 5 anak. Setelah kelompok memecahkan anggota, proses menggambar pun dimulai
b)      Menggambar
Proses menggambar dimulai dengan kelompok membagikan pensil warna dan kertas HVS A4 pada tiap anak. Pada tahap menggambar, kelompok merencanakan anak dibiarkan secara kreatif untuk menggambar sesuai dengan kemauan dan imajinasi mereka. Akan tetapi pada kenyataannya di lapangan, anak-anak tidak terbiasa untuk berkreatif secara bebas. Mereka terbiasa diarahkan oleh guru untuk melakukan sesuatu (teacher-centered). Mereka malah bingung ketika diberikan instruksi untuk menggambar secara bebas. Sehingga pada akhirnya kelompok memutuskan untuk mengarahkan anak menggambar ikan dengan memberikan contoh di papan tulis. Tugas fasilitator disini adalah memperjelas bagian-bagian yang ada pada ikan. Banyak anak-anak yang tidak mengerti apa komposisi dari gambar ikan (sisik, sirip, ekor, mata, dll). Setelah proses menggambar, gambar tersebut dikumpulkan dan memberikan pujian terhadap effort  anak (didokumentasikan dalam bentuk foto). Setelah tahap ini, dilanjutkan ke tahap melipat origami.
c)      Melipat origami
Kelompok membagikan kertas origami masing-masing anak sebanyak 2 lembar (satu untuk melipat, satu untuk cadangan kalau salah melipat). Sama seperti tahap menggambar, pada perencanaan melipat origami seharusnya anak melipat secara kreatif sesuai dengan keinginan mereka. Namun lagi-lagi anak harus diarahkan untuk melipat bentuk apa sehingga kelompok memutuskan untuk melipat origami berbentuk baju. Setelah proses ini selesai, hasil melipat origami tidak dikumpul oleh fasilitator agar menjadi kenag-kenangan bagi anak. Setelah tahap ini langsung masuk ke tahap kuis perbendaharaan kata bahasa inggris.
d)      Kuis  perbendaharaan bahasa inggris
Kelompok merefreshing anak-anak yang telah lelah mengikuti kegiatan dengan memberikan kuis perbedaharaan kata. Contohnya: Adik adikkkk.... siapa yang tau bahasa indonesianya orangeeeeee?? Ketika ada anak yang berhasil menjawab pertanyaan, kelompok memberikan reward berupa makanan ringan chocolatos. Tetapi karena hampir semua anak mampu menjawab, kelompok akhirnya membagi reward sama rata kepada setiap anak. Setelah pembagian reward dilanjutkan pada tahap bernyanyi.
e)      Bernyanyi
Tahap bernyanyi merupakan proses closing dari micro teaching kelompok. Kelompok memberikan tantangan pada anak dengan bertanya “siapa yang berani bernyanyi di depaaaann?”.  Ternyata ada seorang anak yang berani untuk memimpin nyanyian di depan kelas. Setelah bernyanyi sebanyak dua lagu kelompok pamit diri pada anak lalu melakukan sesi foto bersama.
  1. Tujuan dan manfaat 
    Tujuan dan manfaat micro teaching yang dibuat kelompok sebenarnya adalah tujuan dan pedagogi. Jadi kelompok melakukan kesalahan dengan menyamakan tujuan Pedagogi dengan tujuan micro teaching. Sehingga, kesimpulan tersebut terlalu umum, dan menjadi kurang tepat dengan tujuan pada sekolah TK tersebut. Jadi pada akhirnya, tidak sesuai antara hasil yang di peroleh dalam proses micro teaching dengan tujuan penelitian yang sebelumnya direncanakan oleh kelompok. Tujuan dan Manfaat tersebut akan terkesan janggal bagi orang yang membaca dan melihat nya, karena terkesan tidak sesuai dengan keadaan di TK tersebut.